Pelatihan Operator Ekskavator Wanita PT RAPP Langkah Menuju Kesetaraan

Pelatihan-operator-ekskavator-RAPP.jpg
(Dok. RAPP)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sebagai peserta training, Lilis (19), tampak serius mendengarkan penjelasan instruktur di hadapannya. Pemaparan materi yang disuguhkan terasa kurang akrab di telinganya, namun ia tahu bahwa pelatihan ini bukan sekadar langkah menuju keberhasilan, tetapi juga perjalanan menuju pemberdayaan dirinya dan rekannya yang lain.

Lilis dan enam wanita lainnya terpilih untuk mengikuti Female Operator Excavator Program (Program Operator Ekskavator Wanita) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), yang digelar mulai 20 Maret 2024 lalu. Masa pelatihan mereka akan berlangsung selama sembilan bulan, yang nantinya pada tiga bulan terakhir, mereka sudah berstatus sebagai karyawan perusahaan.

Pelatihan ini digelar di Training Center PT Prima Transportasi Servis Indonesia (PTSI) Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, kerjasama Community Development (CD) RAPP bersama dengan Human Resources BP (HRBP) Fiber dan PTSI. 

Program Operator Ekskavator Wanita ini merupakan bagian dari rencana aksi kesetaraan gender yang kekinian semakin ditekankan. Pelatihan bagi wanita telah menjadi sarana penting untuk mengasah keterampilan, memperluas wawasan, dan memperkuat posisi dalam berbagai bidang. 

Lilis sebagai salah satu peserta pelatihan program Operator Ekskavator Wanita di RAPP mengungkapkan bahwa ia tertarik mengikuti program ini karena dapat mengubah pandangan masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender. Usai melewati seleksi, ia akhirnya terpilih dan mulai menjalani pelatihan. Selama menjalani pelatihan, ia mengaku merasa didukung dan dihargai oleh rekan kerja dan juga mentornya.

“Program ini dapat membuka wawasan masyarakat terhadap kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Bahwa pekerjaan ini (operator ekskavator) juga bisa dilakukan oleh perempuan. Saya merasa didukung oleh sekitar,” jelas Lilis.

Lilis yang berasal dari Desa Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak ini merupakan putri Suku Anak Rawa, salah satu suku adat di Riau.  Semangat dan harapan Lilis saat mengikuti pelatihan ini juga tak jauh beda dengan rekannya yang lain.

Seperti dituturkan juga oleh Nur Rahmi (21) yang berasal dari Kampung Mengkapan, Siak. Katanya, bisa mengoperasikan alat berat adalah kebanggaan tersendiri. Sebagai perempuan tidak akan menghambatnya untuk meniti karir, karena perempuan juga memiliki minat yang kuat dan mampu untuk bersaing dengan laki-laki di dunia kerja.

“Sebagai perempuan yang mencoba berkarir di dunia alat berat, saya ingin menyampaikan untuk perempuan di luar sana, bahwa perempuan juga bisa menduduki pekerjaan ini. Jangan takut untuk mencoba," katanya memberi pesan positif.



Baik Lilis, Rahmi, dan peserta pelatihan lainnya paham bahwa Program Operator Ekskavator Wanita di RAPP ini adalah salah satu upaya nyata dalam mendukung target kemajuan inklusif akan rencana aksi kesetaraan gender, terutama di bidang industri.

Selain itu, kehadiran perempuan dalam industri juga dapat menginspirasi generasi muda perempuan untuk mengejar karir di bidang teknik dan industri, yang sebelumnya dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. 

Saut Situmorang, perwakilan dari PTSI dan sebagai instruktur berharap dengan adanya pelatihan ini, dapat memberikan kesempatan kepada wanita untuk belajar dan mengembangkan keterampilan dalam mengoperasikan ekskavator.

"Pelatihan ini juga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan gender dalam industri konstruksi dan mendorong inklusi dan keberagaman," katanya lagi.

CD Head RAPP F Leohansen Simatupang mengungkapkan bahwa Program Female Operator Excavator merupakan bentuk komitmen RAPP, bagian dari APRIL Group untuk memberikan ruang kesetaraan bagi perempuan dalam berkarya di bidang teknik, khususnya operator excavator. 

"Semua peserta program berasal dari wilayah operasional RAPP, yaitu Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak. Bahkan salah satu peserta program berasal dari Suku Anak Rawa, dari Desa Penyengat, Kabupaten Siak," sebutnya.

Katanya lagi, hal ini menunjukkan keseriusan RAPP melibatkan masyarakat dalam menjalankan operasinya yang sesuai dengan tekad perusahaan, yakni ingin tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.

"Program Female Operator Excavator ini merupakan batch pertama yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif pekerja perempuan di bagian teknis dan operasional  yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki, serta memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk mengembangkan potensi mereka dan berkontribusi secara aktif dalam pengembangan perusahaan," jelas Pria yang kerap disapa Leo ini.

Dengan demikian, kegiatan ini bukan hanya tentang menciptakan kesetaraan gender saja, tetapi juga tentang menciptakan perubahan sosial yang lebih luas dan memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat.

Dalam jangka panjang, RAPP melalui visi keberlanjutan APRIL2030 bertujuan untuk memenuhi tantangan dekade berikutnya dan memberikan dampak positif pada iklim, alam, dan masyarakat, serta tetap menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan melalui strategi Iklim Positif, Lanskap yang Berkembang, Kemajuan Inklusif, dan Pertumbuhan Berkelanjutan.

Melalui strategi kemajuan inklusif, RAPP berharap bahwa komitmen terhadap kesetaraan gender ini akan membantu mencapai visi perusahaan dan menjadi  perusahaan yang konsisten peduli terhadap dan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.

Sebagaimana diungkapkan Presiden Direktur APRIL Group, Sihol Aritonang, bahwa perusahaan tentunya memiliki hubungan emosional dengan daerah tempat perusahaan beroperasi.

"APRIL dan RAPP merasakan sekali, bahwa kami adalah bagian dari Riau. Sepuluh tahun ke depan, visi keberlanjutan perusahaan, APRIL2030 adalah Kemajuan Inklusif. APRIL Group ingin maju dan dalam kemajuan itu harus melibatkan masyarakat," katanya belum lama ini. 

Kemajuan Inklusif, lanjut Sihol, dapat dilakukan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui prakarsa transformatif. 

"Ada lima bagian program, yaitu menyangkut nol kemiskinan ekstrem, dukungan bagi pendidikan bermutu, dukungan bagi akses pada layanan kesehatan, prevalensi tengkes (Stunting) turun 50 persen, dan pengembangan peluang dan kesetaraan bagi perempuan," terangnya.