Tak Capai Target, BRK Syariah Masih Fokus Kredit Konsumtif Bukan Produktif

BRK-Syariah-Gathering-media.jpg
(TIKA AYU/RIAUONLINE)


RIAUONLINE, PEKANBARU - Pembiayaan yang diberikan Bank Riau Kepri (BRK) Syariah masih didominasi oleh kredit konsumtif. Padahal, BRK Syariah sudah sekitar sepuluh hari bertransisi dan beroperasi dengan sistem syariah.

Direktur Pembiayaan BRK Syariah, Tengkoe Irawan, mengatakan bahwa kredit produktif dengan Rasio Inklusif Prudential (RPIM) yang merupakan komposisi pembiayaan bank terhadap Unit Kegiatan Kecil Mikro (UMKM) dan koperasi berada di kisaran 30 persen. Angka tersebut naik dari sebelumnya yang hanya 20 persen per Juni 2022.

"Kita coba tetap konsisten hingga hari ini mendorong pembiayaan UMK, karena IP-nya terhadap pandemi. Bagaimana UMK ini bertahan setelah pandemi," ujarnya, Senin, 5 September 2022, saat Media Gathering di Ballroom Dang Merdu, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.

Kendati demikian, tetap saja rasio pembiayaan yang diberikan masih didominasi untuk kredit konsumtif dibandingkan untuk kredit produktif. Direktur Utama BRK Syariah, Andi Buchari, membetulkan kondisi tersebut.

 

 

 

"Perbandingan konsumtif yang lebih besar, kalau (kredit,red) produktifnya 20-30 persen, berartikan konsumtifnya ada 77 persen," tuturnya.



Sementara, Tengkoe menyikapi rasio pembiayaan produktif dengan RPIM 30 persen dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Pasalnya, kata dia, saat pandemi aktivitas UMK mengalami keterbatasan akses dan usaha tak bisa dikelola.

"Namun pasca pandemi ini sudah mulai melandai turun, mau tidak mau UMK bisa bangkit, jadi diberi relaksasi sampai pada 2024. Jadi kita berimbang, pada dasarnya berusaha untuk maksimalkan uang yang ada bisa berikan konstribusi positif melalui kerja bank," terangnya.

Namun menurutnya, pembiayaan yang dikeluarkan berimbang, karena dari banyaknya data, baik untuk kredit konsumtif maupun produktif, sebenarnya banyak digunakan usaha kecil.

"Ada ASN yang istrinya pendagang. Atau usaha lain sifatnya baru nama juga," sebutnya.

Sementara itu, Andi berharap, BRK Syariah dapat lebih seimbang dalam mengeluarkan pembiayaan yang diberikan dan bukan hanya mengejar syarat minimal.

 

 

"Harapan kita, ya ke depan bisa lebih seimbanglah fifty-fifty gitu ya. Bagaimana bisa kita lebih bermanfaat dalam bangun perekonomian Kepri Riau," ujarnya.

Menurut Andi, kredit produktif dapat menghasilkan added value atau nilai tambah, terutama untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Riau.

Dalam laporan keuangan BRK Syariah per 31 Agustus 2022, pembiyaan yang diberikan mencapai Rp 19,345,695 triliun. Andi menjelaskan kondisi ini bertumbuh jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sebab pada 2020 lalu, sebutnya, BRK sempat mengalami negatif growth.

"Dari 2021-2022 diharapkan bisa positif dan memang kita enggak bisa berpuas diri terhadap itu ya. Karena harapan dari Wapres itu (BRK Syariah,red) bisa jadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dengan penyaluran pembiayaan," ungkapnya.

Saat ini, kata Andi, pihaknya sedang menghadapi tantangan akibat inflasi yang merupakan konsekuensi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), diikuti dengan kenaikan harga bahan pokok, seperti cabai dan harga pangan lain.