RIAU ONLINE, PEKANBARU - Provinsi Riau menjadi penyumbang terbesar produksi minyak mentah dan kondesat secara nasional. Dari target lifting 775 ribu barel per hari, per Januari 2019, Riau menyumbangkan 30 persen di antaranya atau sekitar 222.330 barel per hari.
Kontribusi lifting minyak dan kondensat minyak dari wilayah wilayah kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), berasal dari sumber produksi utama dari Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia.
"Adapun target APBN 2019 untuk 9 perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) produksi berkontribusi di wilayah operasi Sumbagut sekitar 211.939 barel per hari atau 4,9 persen lebih tinggi dari target APBN," kata Sekretaris SKK Migas, Arief Handoko, Senin, 25 Februari 2019, kepada RIAUONLINE.CO.ID, dalam rilisnya.
Ia mengapresiasi manajemen SKK Migas Perwakilan Sumbagut serta seluruh Tim Pengawas Lapangan telah berhasil mengawal peningkatan capaian lifting bulan Januari 2019.
Selain Chevron, terdapat KKKS Produksi minyak lainnya, di antaranya Pertamina EP, BOB BSP-PH, EMP Malacca Straits, EMP Tonga, PHE Siak, PHE Kampar dan PHE NSO-NSB dan SPR Langgak.
Sedangkan wilayah Kerja SKK Migas Sumbagut sendiri masih meng-cover wilayah migas di Provinsi Riau, Aceh dan Sumatera Utara.
Pencapaian realisasi produksi liting minyak tersebut tak terlepas dari penerapan baru kebijakan pengawasan langsung kegiatan lifting oleh Pengawas Lapangan SKK Migas untuk mengamankan penerimaan negara.
Dari target 211.939 barel per hari menjadi 222.330 barel per hari atau meningkat 4.9 persen, SKK Migas Sumbagut berhasil melampau target ditetapkan pemerintah melalui APBN, pada awal 2019.
Sementara jika dibandingkan dengan penetapan target lifting Work Program and Budget (WP&B) berkisar 202.155 barel per hari, maka angka kenaikannya mencapai 10 persen.
Jumlah tersebut, tutur Arief, belum termasuk produksi minyak di laut Anambas dan Natuna Propinsi Kepulauan Riau, diawasi langsung Pengawas SKK Migas Pusat.
Arief juga menyampaikan arahan Menteri ESDM, lifting 2019 diharapkan mendekati bahkan sama dengan produksi. Sehingga kontribusi migas sebagai penerimaan negara terbesar dari sektor PNBP (Pendapatan nasional bukan pajak) dapat terus ditingkatkan.
Selain pengawasan langsung oleh SKK Migas, capaian positif ini terjadi karena realisasi produksi membaik serta adanya kebijakan memaksimalkan lifting bulanan.
"Dibandingkan tahun sebelumnya, total kenaikan pada Januari tercatat sekitar 11 persen. Pada 2018 sebesar 6.274.682 barel. Sedangkan pada 2019 mencapai 6.892.215 barel," tutur Pengawas Utama Lifting SKK Migas Sumbagut, Yanin Kholison dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Lifting bersama Sekretaris SKK Migas Arif Handoko, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Avicenia Darwis dan Kepala Divisi SDM Hudi D. Suryodipuro dan para staff perwakilan Sumbagut.
Sementara itu, Kepala Divisi SDM SKK Migas, Hudi D Suryodipuro mengatakan saat ini, SKK Migas telah memiliki 160 pengawas lifting profesional tersertifikasi, di wilayah Sumbagut sendiri telah ditempatkan 17 pengawas lifting yang langsung ditempatkan di terminal titik serah minyak di Perusahaan KKKS.
Kepala Perwakilan Sumbagut, Avicenia Darwis, kesempatan sama menyampaikan terima kasih atas arahan dan dukungan positif manajemen kepada Pengawas Lifting SKK Migas.
Avicenia juga menyampaikan apresiasi sikap profesional Pengawas lifting di lapangan ditengah situasi kendala kebakaran hutan dan asap di daerah operasi Blok Rokan di Dumai, Riau.
“Pengawas Lifting dan tim supporting bekerja profesional mengawal pergerakan lifting dan kita patut berikan apresiasi,”ujar Avicenia Darwis.