LAPORAN: FATMA KUMALA
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI) mengadakan rapat koordinasi nasional (Rakornas) tahun 2018 di Pekanbaru, Riau. Rakornas ini bertujuan untuk menyikapi adanya kenaikan pajak untuk ekspor cangkang kelapa sawit.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI), Dikki Akhmar, khusus Maret 2018, ada dua pajak untuk ekspor cangkang sawit, yaitu pajak ekspor dan pungutan dana kelapa sawit.
”Ketika melakukan ekspor, pungutuan ekspor justru tinggi dan mencapai 17 dollar per ton. Sehingga tidak bisa dijual secara maksimal. Harga ini disesuaikan dengan harga CPO. Padahal ini adalah produk limbah dari CPO. Sehingga kita minta kepada pemerintah untuk mempertimbangkan soal pajak ini. Cangkang sawit tidak bisa disamakan dengan indeks harga CPO. Harus mesti terpisah dengan kebijakan itu," ujar Dikki, Kamis 19 April 2018.
Menurutnya, saat ini pemerintah menyangka ekspor cangkang sawit mengganggu bio energi nasional. padahal cangkang sawit yang diekspor oleh APCASI berada pada posisi perivate yang tidak terserap oleh pasar nasional.
“Jadi kalau tidak dimanfaatkan untuk ekspor, itu jadi tidak terpakai,” ucapnya.
Dikki menyebutkan produksi jumlah cangkang sawit tahun 2018 diperkirakan mencapai 20 juta ton per tahun. Namun, pihaknya hanya mampu mengekspor sebanyak 1,5 juta ton.
“Persentasenya sangat kecil. Sampai saat ini tahun 2017, jumlah ekspor kami mencapai 1,5 juta ton,” katanya.
Tahun 2018 sendiri, Dikki mengatakan akan ada lonjakan permintaan cangkang sawit. Hal itu dikarenakan pembangkit listrik nuklir Jepang terkena gempa sehingga saat ini Jepanng melakukan kontrak untuk penyediaan cangkang sawit.
“Ada lonjakan besar permintaan cangkang sawit di Jepang karena pembangkit listrik mereka menggunakan 35 power plan yang bersumber dari bio energy terutama cangkang sawit. Diperkirakan permintaan cangkang sawit tahun 2018 meningkat menjadi 2-2,5 juta ton per tahun,” paparnya.
Untuk itu, APCASI ingin mengajak pemerintah untuk merubah orientasi dari industri sawit berbasis pangan dan non pangan.
"Kami merasa, saat ini kami ini adalah promblem solver atas limbah lingkungan. Limbah kelapa sawit, yang kalau tidak kami ekspor akan menimbulkan masalah baru. Kemudian kami ingin menjadi industri sumber bio energi dunia. Itulah beberapa hal yang fokus kami bahas pada hari ini," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id