LAPORAN: FATMA KUMALA
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Harga pertalite di Riau mencapai angka tertinggi yakni Rp 7.900 dari provinsi lain di Indonesia. hal tersebut dibenarkan oleh Manager Humas Sumbagteng Pertamina Rudi Arrifanto kepada RIAUONLINE.CO.ID, Rabu 17 Januari 2018.
Menurut Rudi, Pertalite merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi dimana pergerakan harganya sangat bergantung kepada perkembangan harga minyak mentah dan KURS Rupiah terhadap dollar. “Harga pertalite penetapannya pada 13 Januari 2018 dimana harga itu sendiri sebenarnya tidak mengalami perubahan dari periode 17 November 2017,” sebutnya.
Selain itu, kata Rudi, perbedaan harga di masing-masing daerah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama masalah biaya distribusi dari masing-masing daerah yang berbeda. Kedua dipengaruhi kebijakan yang ada di daerah tersebut, misalnya saja kebijakan pembiayaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB).
“Untuk wilayah lain memang PBBKB nya ditetapkan sebesar 5 persen, sedangkan Riau dan Kepulauan Riau masih menetapkan sebesar 10 persen. Inilah yang menyebabkan ada perbedaan harga di antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Tetapi ini bukan ranahnya pertamina, karena untuk penetapan PBBKB adalah kebijakan pemerintah daerah setempat,” jelas Rudi.
Kemudian, hal yang sama disampaikan oleh pengamat ekonomi Riau, Dahlan Tampubolon kepada RIAUONLINE.CO.ID bahwa pertamina sudah mengatur index harga pertalite tersebut. Pengaturan tersebut menurutnya sudah tepat jika berdasarkan PBBKB yang ditetapkan Provinsi Riau.
“Di Riau PBBKB tegolong tinggi mencapai 10 persen. Harganya bukan sudah wajar, ya ini karena yang menikmati pemerintah daerah juga. Yang membuat harganya tinggi dari yang lain karena kebijakan pemerintah daerah, bukan Pertamina,” pungkasnya.
“Tapi harga tersebut wajar untuk saat ini, hanya saja pasokannya masih belum merata. Pertalite masih sering kosong. kalau dulu premium kosong wajar, karena subsidi. Sekarang pertalite kan ngga subsidi, tapi sering juga kosong,” lanjut Dahlan.
Disisi lain, Irhamni sebagai pengguna Pertalite sehari-hari mengaku tingginya harga pertalite di Riau sungguh meresahkan. Menurutnya, tidak sesuai tingginya harga pertalite dengan latar belakang Riau sebagai penghasil minyak. “Terbukti, chevron membuka pabriknya di Riau.Tapi kenapa harganya malah tinggi,” ungkanya.
Kemudian, Irhamni juga mengatakan jika alasan kenaikan dikarenakan pendapatan harian masyarakat Riau yang tinggi, harus dilihat kembali pendapatan tinggi tersebut untuk pemerintah, pengusaha atau masyarakat pada umumnya. Ia berharap pemerintah tetap memikirkan masyarakat dalam penerapan harga minyak meskipun pertalite merupakan minyak non
subsidi.
“Harga pertalite Riau semakin meningkat, premium pun makin hilang dan tak bisa didapat. Pemerintah harusnya mengutamakan masyarakat, bukan member penjelasan dan pengertian tapi malah membuat masyarakat melarat,” tandasnya.(2)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id