RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Riau menggelar sidak harga kebutuhan pokok di Pasar Sukaramai Pekanbaru, tepat di samping Ramayana Jenderal Sudirman.
Dalam sidak tersebut, Disperindag menemukan harga daging sapi dan ayam mengalami lonjakan cukup tinggi dibandingkan harga kebutuhan pokok lainnya.
Andi, pedagang daging, mengatakan, kini para pedagang lebih banyak menjual daging sapi asal Lampung dibandingkan sapi asal Sumatera Barat. Alasan mereka, daging asal Sumbar harganya jauh lebih tinggi naiknya.
"Daging sapi Lampung pun sebenarnya daging impor dari Australia, tapi harga jual dari Lampung jauh lebih rendah dibandingkan yang dijual dari Sumbar. Kita tak tahu alasannya kenapa yang dari Sumbar lebih mahal," ujar Andi, Senin (11/1/2016).
Ia khawatir ada penimbunan dilakukan para tengkulak besar guna menaikkan harga penjualan daging sapi. Harga ini naik jelang tahun baru lalu.
"Sekarang ini harga daging dari Sumbar, kalau sudah bersih harganya bisa di atas Rp 120-130 per kilonya. Itu harga modal saja. Kalau modalnya sudah segitu, berapa lagi kita mau menjualnya? Karena harga jual paling tinggi itu Rp 120 ribu, lewat dari itu, tak ada mau beli," ungkap Andi.
Sedangkan harga ayam potong juga serupa keadaannya. Jelang tahun baru 2016 lalu, ayam potong naik harganya dan hingga sekarang belum juga turun, kendati harga BBM sudah turun.
Asma penjual ayam potong dan ayam kampung mengatakan, rata-rata kenaikan harga jual ayam potong kini sekitar 3 ribu. Sedangkan ayam kampung kenaikannya hingga 5 ribu.
SEORANG Pedagang ayam kampung dan bras, Asma, Senin (11//1/2016), di Pasar Pusat Jalan Imam Bonjol, Pekanbaru. Harga ayam kampung dan buras masih belum turun usai Tahun Bqaru 2016, padahal harga BBM sudah turun.
"Untuk Ayam kecil harga per kilonya Rp 25 ribu, yang tanggung Rp 24 ribu dan besar Rp 23 ribu. Sedangkan untuk ayam kampung sekarang harganya Rp 47 per kilo. Padahal dulunya cuma Rp 42-43 ribu saja per kilonya," jelas Asma kepada RIAUONLINE.CO.ID
Asma kecewa karena harga tersebut tak kunjung turun meski harga BBM sudah turun beberapa waktu yang lalu. "Selama ini alasan naiknya harga itu kan karena harga BBM yang naik. Nah ini harganya sudah turun tapi harga barang tersebut tak juga turun," keluhnya.
Baik Asma dan Andi mengaku tingginya harga daging ayam potong dan daging ini menurunkan daya beli masyarakat hendak menkonsumsinya. Akibatnya keuntungan mereka sehari-hari menjadi turun drastis. "Omset kita makin menurun. Masyarakat makin menurun daya belinya sekarang," tandas Andi.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline