RIAU ONLINE, JAKARTA - Kerajaan bisnis terbesar dunia banyak berawal dari bisnis yang dibangun keluarga. Model bisnis keeuarga paling efektif dari banyak kerajaan bisnis tersebut. Kebesaran dalam berbisnis bisa diteruskan oleh anak maupun menantu dari sang pendiri.
Seperti dilansir dari laman Forbes, Samsung Grup milik keluarga Lee dari Korea Selatan menjadi salah satu bukti ampuhnya keluarga dalam membangun kerajaan bisnis. Samsung saat ini memiliki pendapatan setara 22 persen dari PDB Korea Selatan.
Saat ini, Forbes melansir 50 daftar pebisnis terkaya di Asia. India menempatkan wakil terbanyak yakni sebanyak 14 orang. (BACA JUGA: Bank BUMN Berhutang 3 Miliar Dolar AS dari China)
Sementara, hampir setengah dari daftar ini adalah para pebisnis keturunan China. Namun, yang menarik, tidak ada satupun dari pengusaha ini menjalankan bisnisnya di China.
Forbes menyaring kerajaan bisnis dengan nilai kekayaan minimal USD 2,9 miliar untuk dapat masuk dalam daftar. Di 5 daftar teratas diantaranya ditempati oleh:
1. Keluarga Lee (Byung-Chull) asal Korea Selatan dengan kekayaan USD 26,6 miliar. Pemilik Samsung
2. Keluarga Lee (Shau Kee) asal Hong Kong dengan kekayaan USD 24,1 miliar. Pemilik Henderson Development
3. Keluarga Ambani asal India dengan kekayaan USD 21,5 miliar. Pemilik Reliance Group
Data terbaru Forbes ini juga menempatkan lima kerajaan bisnis milik pengusaha Indonesia dalam daftar. Siapa sajakah mereka?
1. Keluarga Hartono dengan kekayaan USD 12,7 miliar di urutan 12.
Sebagian masyarakat mungkin tidak asing lagi dengan pengusaha Taipan Hartono bersaudara. Mereka adalah Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono.
Budi Hartono memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong yang merupakan keturunan Tionghoa yang lahir di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1941. Kemudian Bambang Hartono adalah kakaknya yang memiliki nama asli Oei Hwie Siang. Keduanya adalah anak dari Pendiri Djarum, Oei Wie Gwan.
Kisah sukses kedua bersaudara ini dimulai dari kota kecil Kudus. Pada 1951, Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok kretek kecil bernama Djarum Gramophon. Lalu Oei mengubah namanya menjadi Djarum. Oei memasarkan kretek dengan merek Djarum, dan ternyata sukses.
Di bawah kendali dua anaknya, Robert bersaudara, pada tahun 1972 Djarum terus maju dan mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. R. Budi Hartono dengan Group Djarum yang dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia. Diversifikasi bisnis dan investasi yang dilakukan Group Djarum ini memperkokoh Imperium Bisnisnya yang berawal di tahun 1951.
2. Keluarga Widjaja dengan kekayaan USD 5,8 miliar di urutan 28.
Pemilik Grup Sinarmas saat ini, Eka Tjipta Widjaja, memiliki lini bisnis utama pengusaha ini menurut Bloomberg adalah Golden Agri, produsen kelapa sawit terbesar kedua sejagat.
Selain itu ayah 8 anak dan kakek dari 40 cucu tersebut menambah pundi-pundi uang melalui Grup Sinarmas, yang memiliki lini usaha meliputi pabrik kertas, investasi, tambang batu bara, sampai pembangkit listrik.
Pria bernama asli Oei Ek Tjhong yang lahir di Kota Coan, China ini, diperkirakan memiliki USD 2 miliar dalam bentuk tunai, sementara sisa hartanya tersebar dalam aset properti, surat berharga, dan valuasi saham.
3. Keluarga Lohia dengan kekayaan USD 5,4 miliar di urutan 31.
Pemilik Indorama Grup, Sri Prakash Lohia, tahun ini menempati peringkat 319 orang terkaya di dunia. Saat ini, Sri Prakash Lohia merupakan orang terkaya nomor 3 di Indonesia.
Sri Prakash Lohia yang berdomisili di London ini baru saja membeli saham industri kimia di Afrika Selatan. Pemilik Indorama ini membeli 66 persen saham Industries Chimiques du Senegal yang merupakan produsen bahan kimia terbesar di Afrika Selatan.
Sri Prakash memulai usahanya pada tahun 1976 dengan membuat benang pintal. Usahanya terus berkembang hingga membuat produk industri, termasuk sarung tangan medis.
Pengusaha yang dahulu imigran asal India ini bukan nama baru dalam daftar 40 orang terkaya Tanah Air bikinan Forbes. Namun, dari segi pertambahan kekayaan, Sri Prakash termasuk yang paling moncer. (KLIK: Ini Kisah Mengharukan Pendiri WhatsApp)
Pemilik grup Indorama Ventures yang banyak membuat kain berbahan polyester ini sukses mengakuisisi Old World Industries Inc, pabrik kimia terkemuka asal Inggris, di awal 2012. Miliarder yang sehari-hari menetap di Inggris itu juga meraup untung besar dari produksi Indorama Eleme Petrochemichals, anak perusahaannya yang berada di Nigeria.
4. Keluarga Wonowidjojo dengan kekayaan USD 4,9 miliar di urutan 32.
Kedigdayaan bisnis rokok harus diakui cukup kuat di Indonesia. Indikatornya sederhana, konsumen penikmat rokok di dalam negeri termasuk yang cukup tinggi di dunia. Pasar produk rokok di dalam negeri juga sangat besar.
Hal ini yang membuat industri rokok semakin kuat. Dengan gambaran sederhana itu, tidak salah jika prospek bisnis di sektor industri rokok masih cukup menjanjikan. Apalagi terbukti, industri ini bisa menjadikan seseorang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Setidaknya, dari sekian banyak pebisnis yang bergerak di industri rokok, ada tiga nama yang masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.
Pemilik Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo, merupakan salah satunya. Susilo adalah anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, perusahan rokok kretek di Kediri, Jawa Timur. Pada 2013, Majalah Forbes menobatkan ia sebagai orang terkaya ke-4 di Indonesia. Pada 2000, dia menggantikan kakaknya Rahman Halim atau Tjoa To Hing (anak pertama Surya Wonowidjojo) sebagai pimpinan Gudang Garam yang meninggal pada 27 Juli 2008 di Singapura.
5. Keluarga Salim dengan kekayaan USD 4,1 miliar di urutan 37.
Taipan dunia bisnis terbesar di Indonesia, Sudono Salim telah meninggal dunia. Pria kelahiran Fujian ini telah meninggalkan kerajaan bisnis besar di mana salah satunya PT Indofood Sukses Makmur dengan produknya Indomie.
Bidang usaha yang dibangun Sudono tidak terpaku pada perusahaan makanan. Bahkan hingga toko serba ada, perbankan, semen hingga otomotifpun dia tangani. Taipan ini disinyalir telah pensiun dari dunia bisnis pada tahun 1998 lalu untuk menikmati hari tuanya.
Dari ketiga anaknya, hanya Anthony Salim yang terjun ke dunia bisnis warisan ayahnya itu. Kini, Anthony menjadi CEO Indofood Sukses Makmur dan Salim Group. Sementara bidang makanan, menantunya Franciscus Wilerang diwarisi usaha Bogasari Four Mills.
Pada 2004, dia menggenjot habis produsen mi instan tersebut ke manca negara. Apalagi dengan mencatatkan namanya sebagai pemegang saham PT Salim Ivomas Pratama di Singapura. Fokusnya adalah bisnis makanan. Untuk mendongkrak penjualan Indofood di manca negara, dia menggandeng Nestle S.A. Ujungnya adalah pendirian PT Nestle Citarasa Indonesia.
Anthony juga berhasil merebut kembali Sugar Group di Lampung yang sebelumnya disita oleh BPPN. Selain itu, dia juga membangun tiga pabrik gula baru di Muara Enim dan Sumatera Selatan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline
Sumber: merdeka.com