Aktivis Ini Sebut PT RAPP Terapkan Standar Ganda

RIAUONLINE, PEKANBARU - Pegiat lingkungan hidup Riau, Muslim Rasyid, menuding PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menerapkan standar ganda dalam industri bubur kertas dan kayu.

 

Muslim menjelaskan maksud dari standar ganda dilakukan oleh PT RAPP tersebut, di sektor Hutan Tanaman Industri (HTI), mereka sebutkan bahan baku kurang.

 

"Sebaliknya, di sektor industri mereka meningkatkan kapasitas produksi. Muara dari itu semua adalah bakal ada penambahan lahan dan penggunaan kayu dari hutan alam," tutur mantan Koordinator Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (JIkalahari) ini saat berbincang-bincang dengan RIAUONLINE, Selasa (26/5/2015).

 

Muslim kemudian menyebutkan, RAPP masih menggunakan kayu dari hutan alam seperti temuan dari Eyes on Forest (EoF). Dikutip dari mongabay.co.id, EoF pada 1 Mei 2015, menemukan sejumlah antrean truk membawa kayu-kayu dari hutan alam menuju pabrik bubur kertas PT RAPP, anak perusahaan dari Asia Pacific Resources International Limited (APRIL).

 

“Kayu-kayu dari hutan alam itu diyakini ditebangi dari hutan alam di green belt (jalur hijau) di konsesi PT RAPP di sektor Ukui (Pelalawan, Riau) pada 31 Maret 2015,” kata Afdhal Mahyuddin dari EoF.

 

EoF merupakan lembaga terdiri atas Walhi Riau, Jikalahari (Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau) dan WWF Riau. “Temuan ini diduga PT RAPP melanggar peraturan Kehutanan dan Kebijakan Pengelolaan Hutan Lestari APRIL hanya di atas kertas saja,” kata Afdhal.

 

Padahal, 28 Januari 2014, APRIL mengumumkan komitmen jangka panjang tertuang dalam Sustainable Forest Management Policy (SMFP) atau kebijakan pengelolaan hutan lestari.

 



"Sudah jelas mereka tak dapat izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menambah atau membuka lahan baru, makanya menggunakan cara seperti ini, peningkatan kapasitas mesin," jelas Muslim.

 

Dengan cara seperti itu, tuturnya, maka jika suatu saat terjadi kekurangan bahan baku karena peningkatan kapasitas, alasan pengajuan penambahan lahan baru, bakal dilakukan.

 

Berdasarkan data Studi Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) PT RAPP tahun 2012 yang RIAUONLINE miliki, pada BAB III Ruang Lingkup Studi disebutkan, kapasitas produksi Pulp eksisting dan setelah pengembangan ton per tahun mencapai 1.622.000.

 

"Peningkatan mesin ini muaranya pada penambahan lahan. Di tengah jalan kekurangan bahan baku, itu akan dilakukan. Seharusnya pemerintahan tak memberikan izin peningkatan kapasitas industri, hingga sustainable di lahan mereka. Ini sejalan dengan komitmen mereka tidak gunakan kayu alam," ujarnya.

 

Sementara itu, dikutip dari mongabay.co.id, Direktur Pelaksana Operasi APRIL Indonesia, Tony Wenas, menegaskan laporan EoF tidak akurat. “Kami tidak menebang hutan konservasi di Ukui, Tesso Nilo. Peta dan gambar yang dituduhkan tidak berdasar," tegasnya. '

 

Terkait SMFP APRIL, Tony mengatakan APRIL menerapkan secara konsisten. “APRIL Group berkomitmen untuk pembangunan berkelanjutan di semua lokasi di wilayah operasional perusahaan. Menerapkan praktik terbaik dalam program sosial, lingkungan dan ekonomi, seperti yang diamanahkan dalam filosofi bisnis perusahaan yaitu apapun yang dilakukan perusahaan harus berdampak baik untuk negara, baik untuk masyarakat, dan baik untuk perusahaan,” jelasnya.

 

Sebelumnya, pada Jumat (22/5/2015), Menteri Perindustrian, Saleh Husin, melakukan peletakan batu pertama (ground breaking) Paper Machine 3 PT RAPP dengan nilai investasi sebesar Rp 4 triliun di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau.

 

RAPP merupakan produsen pulp dan kertas terbesar nasional dengan kapasitas produksi 2,8 juta ton pulp dan 820 ribu ton kertas yang memiliki standar internasional dan mampu bersaing di kancah global.

 

Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing-masing sebesar 7,93 juta ton per tahun untuk pulp dan 12,98 juta ton per tahun untuk kertas dengan realisasi produksi 6,4 juta ton per tahun pulp dan 10,4 ton per tahun kertas.

 

Sementara itu, kinerja ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3,50 juta ton pulp dengan nilai sebesar US$ 1,72 miliar dan 4,35 juta ton kertas dengan nilai sebesar US$ 3,75 miliar.

 

Sedangkan impor pulp dan kertas masing-masing sebesar 1,62 juta ton pulp dengan nilai sebesar US$ 1,27 miliar dan 0,72 juta ton kertas dengan nilai sebesar US$ 1,36 miliar

 

Sementara itu, jika dilihat dari peluang pasar dunia dan dalam negeri, saat ini kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton, diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada 2020.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline