Laporan: Azhar Saputra
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Eni lestari, Pimpinan International Migrant's Aliance (IMA) atau Aliansi Buruh Migran yang berpusat di Hong Kong mengatakan solusi panjang untuk memutus mata rantai buruh migran di Indonesia adalah dengan cara memperbaiki budaya agraria yang dinilainya masih buruk.
"Dalam hati kecil sebenarnya kami ini sama sekali tidak ingin keluar negeri bekerja sebagai buruh migran. Tetapi nasib yang membuat kami seperti ini. Karena apa? Karena 70 persen migran itu berasal dari siklus buruh petani," ucapnya saat diskusi santai di green radio, Jumat, 30 September 2016.
Menurut Eni, agraria sangat memiliki andil yang besar bagi buruh-buruh migran asal Indonesia untuk mengadu nasib ke luar negeri.
"Ini terjadi di keluarga saya. Saya ini dibesarkan dari keluarga petani yang hidupnya bergantung kepada hasil buminya. Ketika orang tua saya tidak cukup uang untuk memulai bercocok menanam dengan padi-padinya, mereka itu sampai harus berutang," imbuh Eni.
Eni bercerita setelah panen tiba hutang-hutang yang sudah mulai menumpuk akan terbayarkan dengan hasil panen yang sudah mereka harapkan.
"Tapi setelah panen tiba kok malah harga padi turun? Uang yang dipinjamkannya itu tidak terbayarkan, malah menambah hutang baru lagi di keluarga saya. Di situlah anak para keluarga petani ini mulai membantu orang tuanya, tidak bersekolah hanya terbebas dari kondisi yang seperti ini," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline