WALI KOTA Pekanbaru dua periode, 2001-2011, Herman Abdullah. Herman mampu membawa 7 tahun berturut-turut Piala Adipura, lambang kota terbersih, ke Pekanbaru.
(INTERNET)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ultimatum yang diberikan Wali Kota Pekanbaru, Firdaus MT, agar semua sampah yang menumpuk di berbagai jalan protokol maupun gang-gang di Kota Bertuah ini, 1x24 jam sejak Senin, 6 Juni 2016, hingga Selasa malam, 7 Juni 2016, tak terbukti.
Pantauan RIAUONLINE.CO.ID, Selasa malam, sampah masih berserakan dan menggunung di Jalan Sudirman, Nenas atau Utama Sukajadi, Amilin, hingga Harapan Raya. Belum lagi di jalan-jalan lain serta pasar-pasar.
Lalu, seperti apa Wali Kota Pekanbaru 10 tahun, 2001-2011, Herman Abdullah, mampu mengelola sampah beratus-ratus ton tiap harinya sehingga 7 tahun berturut-turut Pekanbaru memperoleh Piala Adipura, lambang Kota Bersih di Indonesia.
Baca Juga: Herman Abdullah: Dimasa Saya, Tak Ada Onggokan Sampah Seperti Sekarang
"Saya percaya kepada anak buah saya, Camat dan Lurah untuk kelola sampah di daerah mereka. Kalau Firdaus (Wali Kota sekarang) lebih percaya pihak ketiga, kontraktor (PT MIG), bukan pada anak buahnya," kata Herman Abdullah saat bincang-bincang khusus dengan RIAUONLINE.CO.ID, Selasa, 7 Juni 2016.
Herman menceritakan, masing-masing kepala dinas, kepala badan, camat, dan lurah memiliki fungsi serta tugas yang jelas untuk mengangkut sampah-sampah.
Tak hanya itu, paling penting adalah pengawasan saban hari dilakukan Herman Abdullah untuk menjaga Pekanbaru tetap menjadi kota bersih. Herman juga menerapkan sekali tiga bulan ada rapat bahasan khusus soal sampah dengan mengikutsertakan Tim Independen yang dibentuk.
"Saya juga memantau. Setiap hari kerja, bahkan Sabtu dan Minggu, saat hadiri undangan pesta, keluar masuk jalan dan gang-gang, saya memonitor sampah. Jika saya temui, saya langsung telepon Camat dan Lurah," kata Herman Abdullah.
Saat menelepon camat dan lurah, tuturnya, ia meminta maaf telah mengganggu libur mereka. Lalu, Herman menanyakan, apakah sampah di jalan tersebut sudah diangkut atau belum.
Klik Juga: Selamat Datang di Kota Sampah, Bukan Kota Madani
"Saya tanyakan, Pak Camat, Pak Lurah, saya minta maaf ganggu libur awak. Saya temukan sampah di sini. Mereka jawab, sudah diangkut Pak. Itu kemarin, ini sekarang, saya jawab. Saya tahu kalian libur, ke sinilah ya, saya tunggu," kata Herman, menceritakan ketika ia menelepon bawahannya demi Pekanbaru tetap kota bersih.
Malahan, cerita Herman, ajudannya juga diberi tugas khusus tidak hanya buka tutup pintu mobil untuk Wali Kota semata saja. Biasanya, waktu yang diberikan untuk mengangkut sampah dua hari.
"Saya perintahkan juga ajudan untuk mengecek ke jalan yang saya temui sampah. Jika masih ada juga, ya kita beri sanksi. Ajudan tak hanya buka tutup pintu, itu bisa saya lakukan sendiri," tuturnya.
Dengan kontrol seperti itu, maka camat dan lurah, saat Sabtu dan Minggu, mereka juga turun ke lapangan, melihat apakah daerah mereka masih ada sampah yang tak terangkut.
Herman juga menjelaskan, ia menerapkan evaluasi tiga bulanan, akan terlihat mana daerah yang kotor dan tidak. Termasuk pelabuhan, bandara, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan pasar, juga menjadi bahan evaluasi. Dalam evaluasi itu, koordinatornya Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH), dengan melibatkan Tim Independen, Bapedalda, dan Bapedalwil.
Dengan memberdayakan anak buah, camat dan lurah, kata Herman Abdullah, menimalisir pengeluaran daerah serta mendatangkan keuntungan pendapatan bagi mereka.
Lihat Juga: Netizen Sebut Hanya Bisa Minta Maaf, Wali Kota: Apakah Anda Berpuasa
"Pihak ketiga susah berkomunikasi dan koordinasi, lebih enak dengan camat, dan lurah, bisa kira berikan sanksi, kita berhentikan jika masih ada sampah di daerahnya. Tapi kalau kontraktor, pihak ketiga, mana bisa seperti itu kita lakukan," ungkapnya.
Saat ditanyakan, apa solusi untuk atasi sampah dalam waktu singkat ini. Herman mengatakan, pangkal bala ini ada di pihak ketiga, kontraktor. Ia tak tahu seperti apa kerjasama antara Pemkot Pekanbaru dengan PT MIG yang disepakati Wali Kota Firdaus MT.
"Kita khawatirkan pihak ketiga (PT MIG) menggantungkan dari upah sampah ini. Pihak ketiga seharusnya mencadangkan uang mereka untuk menalangi pembayaran operasional dan gaji karyawan untuk angkut sampah, jika Pemkot lambat cairkan dana," kata Herman.
Herman sepakat jika PT MIG diberi teguran 1, 2 dan 3, jika mereka tak mengambil sampah yang berserakan selama ini di jalan-jalan.
"Pak Firdaus tinggal melanjutkan apa yang sudah saya rintis. Kan ada yang baik saya kerjakan dan mendapat apresiasi dari warga, kenapa itu tak dilanjutkan. Entah kenapa dipercayakan ke pihak ketiga soal sampah ini," pungkas Calon Gubernur Riau 2013-2018 ini.
Simak berita Pekanbaru Kota Sampah lainnya dengan klik di sini.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline