Miris, Sekolah di Pekanbaru Ini Lebih Parah Dari Laskar Pelangi

Sekolah-Laskar-Pelangi.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)

Laporan: Azhar Saputra

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Tidak ada yang mengira bangunan seadanya itu adalah sebuah sekolah dasar. Jika dilihat dari kasat mata, lebih parah dari bangunan sekolah dalam film Laskar Pelangi. Tidak ada dinding dan hanya beralaskan tanah. Atapnya hanya ditopang kayu ubar yang tidak begitu besar. Antara kelas yang satu dengan yang lain hanya dibatasi papan tulis saja.

 

Namun kondisi tersebut tampaknya tidak menyurutkan semangat belasan bocah belajar menuntut ilmu. Ya..itulah dia Sekolah Dasar SD Negeri 135, Pekanbaru. Terletak di Gang Sejahtera, Jalan Badak, Kelurahan Tenayan Raya, Kecamatan Sail. Sekolah ini ternyata cabang dari SD 135, Pekanbaru, yang berada di Jalan Badak Ujung, Kelurahan yang sama. Di mana Sekolah induknya juga saat ini mengalami kerusakan cukup parah.

 

KLIK: Pak Firdaus, Kapan ke Sini? Lihat Sekolah Kami Dong

 

RIAUONLINE.CO.ID berkesempatan melihat langsung proses belajar mengajar di sekolah bekas bedeng pembuatan batu bata itu. Belasan bocah tampak sumringah, sesekali celingak celinguk melihat kehadiran RIAUONLINE.CO.ID saat belajar.

 

Ruang Kelas Lebih Parah Dibandingkan Laskar Pelangi

 

Oki, wali kelas sekolah itu menyambut ramah. "Beginilah kondisi sekolah kami," kata wanita muda ini, saat bincang-bincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Rabu, (23/3/2016). 

 



Menurut Oki, bekas bedeng yang dijadikan tempat belajar saat ini justru lebih baik dari sebelumnya. "Awalnya di rumah kami belajarnya, lesehan di lantai rumah aja," kata Oki.

 

Oki menceritakan, sekolah ini diadakan untuk anak-anak putus sekolah di daerah itu. Penggagasnya bernama Firdaus, yang memiliki perhatian besar terhadap pendidikan anak sekitar. Memang kebanyakan bocah di kawasan itu tidak bersekolah, kesehariannya dipaksa bekerja membantu orang tua.

 

Kata Oki, semula tidak mudah mengajak anak-anak untuk belajar, dia dan Firdaus harus blusukan ke rumah-rumah mengajak anak belajar. Bahkan tidak jarang pula mereka mendapat penolakan dari para orang tua, karena anak mereka harus membantu bekerja di kebun kelapa sawit milik perusahaan.

 

Kebanyakan murid sekolah berasal dari keluarga pendatang yang kurang mampu. Warga tidak memiliki kartu identitas dan data lengkap dari daerah asalnya.

 

Alhasil, para orang tua tidak bisa memasukkan anak-anaknya ke sekolah negeri lantaran tidak memiliki identitas diri. Namun pada akhirnya kebanyakan anak-anak tidak sekolah dan harus bekerja.

 

Murid SD Belajar Bak di Kandang Sapi

 

Atas dasar itu, Oki dan Firdaus mengumpulkan anak-anak yang tidak sekolah itu untuk belajar. "Yang penting asal ada niat untuk belajar, tidak butuh kartu identitas orang tua untuk masuk sekolah disini," ujarnya.

 

Di tahun pertama kata Oki, murid yang terkumpul berjumlah 16 orang. Seiring berjalan waktu, jumlahnya terus bertambah mencapai 80 orang. Namun masih ada juga murid yang kurang serius mengikuti pelajaran. "Banyak juga murid yang keluar masuk sesukanya," ujarnya.

 

Oki sangat berharap perhatian dari pemerintah daerah untuk keberlangsungan pendidikan anak-anak tersebut. Menurut Oki, sebenarnya sudah banyak masyarakat yang tahu kondisi sekolah itu, baik Pemerintah Riau maupun dari komunitas. 

 

Sesekali mereka juga dapat bantuan berupa buku, seragam dan sepatu sekolah untuk murid. Namun sekolah itu tidak mendapat bantuan khusus dari Pemerintah Kota Pekanbaru lantaran hanya sekolah cabang dari sekolah induknya SD Negeri 135, di Jalan Badak Ujung, Tenayan Raya, Pekanbaru.

 

Bangunan Sekolah Bak Laskar Pelangi

 

Sekolah itu sebenarnya kerap didatangai oleh perkumpulan masyarakat maupun anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pekanbaru. Banyak juga yang memberikan janji bakal membangun gedung yang layak, namun janji hanya tinggal janji. Mereka yang datang hanya memberikan angin surga tanpa ada realisasi.