Tsunami Sulit Dideteksi, Alat Pendeteksi Tsunami Milik Indonesia Rusak Semua

Reruntuhan-akibat-Tsunami-Aceh-2014.jpg
(AP/DITA ALANGKARA)

RIAU ONLINE - Seluruh buoy tsunami atau alat pendeteksi tsunami yang berada ditengah laut milik Indonesia kini tidak dapat dioperasikan.

 

Demikian disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPD Sutopo Purwo Nugroho. Semua buoy tsunami tersebut rusak dikarenakan tidak dirawat atau dirusak oleh "oknum".

 

Menurut Sutopo, Indonesia memiliki 22 buoy tsunami yang disebar di beberapa titik. Dari keseluruhannya hanya delapan buoy tsunami milik Indonesia, sedangkan sisanya diperoleh dari bantuan Amerika Seriakt, Jerman dan Malaysia.

 

"Semuanya sudah tidak ada yang beroperasi," ujar Sutopo seperti dikutip dari KOMPAS.

(BACA JUGA: Pasca Gempa 7,8 Tercatat 6 Gempa Susulan di Mentawai)

 

Sulitnya melakukan pemeliharaan buoy tsunami, menurut Sutopo karena tidak tersedianya anggarannya. Hitungan BNPB, untuk merawat seluruh buoy tsunami dibutuhkan dana sekitar Rp 30 miliar per tahun.



 

Belum lagi jika kerusakan yang timbul akibat faktor kesengajaan. Sebelumnya pada April 2009, buoy tsunami pernah diletakkan di Laut Banda, namun lima bulan kemudian buoy tsunami tersedbut ditemukan hanyut di arah utara Sulawesi dalam keadaan rusak.

 

"Kondisi ini menyulitkan untuk memastikan apakah tsunami terjadi atau tidak," katanya.

(KLIK JUGA: Gempa Mentawai Berasal dari Sini)

 

Hingga saat ini, di lautan Indonesia masih terdapat lima buoy tsunami. Bouy tsunami milik Thailand di Laut Andaman, buoy tsunami milik India berada di Aceh.

 

Sementara itu, di Selatan Sumba terdapat dua buoy tsunami yang merupakan milik Australia dan satu buoy tsunami lagi miliki Amerika Serikat.

 

Tidak hanya krisis buoy tsunami, Indonesia juga kekurangan sirine penanda tsunami. Padahal, Indonesia membutuhkan 1.000 unit sirine, namun BMKG baru memasang 50 unit sirine.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline