MUGIYANTO, aktivis HAM Indonesia dideportasi dari Malaysia, sesaat usai mendarat di Bandara Kuala Lumpur, Kamis (7/1/2016). Ia diusir 10 polisi dan diantarkan ke atas pesawat Garuda Indonesia.
(BBC INDONESIA)
RIAU ONLINE, KUALA LUMPUR - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia yang pernah menjadi korban penculikan Tim Mawar Kopassus, Mugiyanto Sipin, dideportasi dari Malaysia, usai mendarat di Kuala Lumpur, Kamis (7/1/2016).
Mugiyanto ke Malaysia untuk menghadiri sebuah diskusi yang diselenggarakan aktivis prodemokrasi Bersih 2.0. Diskusi tersebut merupakan rangkaian kegiatan Semangat Kuning (Yellow Mania), 6-10 Januari 2016. Selain diskusi, acara tersebut terdiri dari pameran foto, stand-up comedy, dan aktivitas lainnya.
Bersih 2.0 adalah wadah berbagai organisasi di Malaysia yang menuntut pembaharuan politik dan pemberantasan korupsi. Kuning adalah warna identitas mereka. (Baca Juga: Ternyata Orang Kampar Jadi Pahlawan Nasional di Malaysia)
Ia dicekal setibanya di Bandara Kuala Lumpur lepas tengah hari, Kamis lalu dan diancam akan ditahan jika berkeras masuk Malaysia.
Mugiyanto, pegiat HAM yang pernah menjadi korban penculikan Tim Mawar, dijadwalkan menjadi pembicara dalam diskusi bertopik Gerakan Rakyat Menuju Perubahan, Kamis malam.
"Namun sesudah mendarat di Bandara Kuala Lumpur, di imigrasi paspor saya diperiksa dengan teliti, lalu saya dibawa ke sebuah ruangan khusus," kata Mugiyanto, dikutip dari bbcindonesia.
"Di ruangan itu ada tiga orang menunggu, yang memperkenalkan diri dari kepolisian. Dan salah satunya mengaku dari satuan antiteror," kata Mugiyanto pula.
"Mereka bilang, saya tak boleh masuk Malaysia, karena akan datang ke suatu acara politk. Sebagai orang asing saya tak boleh melakukan itu karena merupakan intervensi terhadap urusan dalam negeri Malaysia."
Mugiyanto bingung, karena sebelumnya ia sudah sering ke Malaysia untuk bermacam acara, dan tak menemui masalah. (Klik Juga: Warga Malaysia Ini Makan Pakai Pampers Pengganti Piring)
"Mereka bilang, kalau tetap masuk Malaysia, keluar dari bandara, saya akan ditangkap. Sebetulnya saya akan tetap ngotot masuk. Tak apa kalau ditangkap. Tapi mereka menahan paspor saya."
"Saya menelpon panitia, Bersih2.0, mengabarkan masalah saya, tapi kemudian diharuskan memutuskan hubungan telepon oleh polisi-polisi itu."
Lalu Mugiyanto mengatakan akan menghubungi Konsulat Indonesia.
"Mereka bilang, tak akan ada gunanya juga. Ketika saya ngotot, mereka bilang, ini sudah mau boarding. Lalu saya digiring oleh 10 orang hingga masuk ke pesawat Garuda untuk kembali ke Jakarta," kisah Mugi.
Mugiyanto menyesalkan pengusirannya yang dinilainya bertentangan dengan semangat kebebasan dan demokrasi. Maria Chin Abdullah, Ketua Bersih 2.0 yang sedianya tampil bersama Mugiyanto dalam diskusi, tak habis pikir dengan deportasi dilakukan aparat Malaysia.
"Ini sebuah skandal. Pelanggaran terang-terangan terhadap kebebasan berekspresi," kata Maria Chin kepada Ging Ginanjar dari BBC.
"Kami mengutuk keras pemerintah Malaysia atas tindakan ini, dan menuntut mereka memberikan penjelasan terbuka, mengapa mereka mendeportasi Mugiyanto. (Lihat Juga: Siapakah Orang Melayu)
Maria Chin Abdullah menjelaskan, Mugiyanto akan tetap tampil sebagai pembicara di diskusi Semangat Kuning Bersih2.0 malam ini, walaupun hanya melalui diskusi jarak jauh dengan Skype.
"Ini untuk menunjukkan bahwa kami tidak tunduk terhawap kesewenang-wenangan," kata Maria Chin pula.
BBC beberapa kali menghubungi pihak berwenang Malaysia, namun panggilan telepon kami tak pernah diangkat, dan hanya masuk ke mesin penjawab otomatis.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline