RIAUONLINE, PEKANBARU – Dewan Pengurus Daerah Perhimpunan Pemuda Riau (PPR) Kabupaten Siak menilai masyarakat Siak masih butuh edukasi politik untuk mengisi wawasan supaya lebih sehat dan mumpuni saat memilih pemimpin Siak Desember mendatang. Hal ini dilihat dari besarnya ego etnis atau kesukuan yang ditunjukkan para pendukung dan simpatisan dari kedua calon dalam masa kampanye.
Menurut Ketua Umum PPR Kabupaten Siak, Gatot Siswondo fenomena ini justru dapat merugikan masyarakat sendiri. Menurutnya pertikaian yang didasarkan pada isu etnis maupun SARA tidak akan membawa perubahan ke arah yang baik, justru membuat kemunduran bagi perkembangan demokrasi saat ini.
“Esensi dari gerakan PPR dalam gelaran Pilkada ini adalah dengan mengawal pilkada ini merupakan sebuah bentuk penyelamatan 5 tahun kepemimpinan Siak mendatang. Rakyat Siak jangan sampai salah pilih dalam kepemimpnan karena kalau salah pilih rakyat akan menanggung akibatnya. Dampaknya tentu korupsi akan merajalela. Maka desember mendatang adalah pertaruhan nasib bagi rakyat Siak untuk 5 tahun ke depannya,” tegas Gatot kepada RIAUONLINE.CO.ID, Selasa (22/9/2015). (KLIK: 26 Kandidat Resmi Berlaga di Pilkada Serentak Riau)
Masyarakat butuh pencerahan dan pencerdasan politik. Dalam hal ini Gatot menilai Komisi Pemilihan Umum Daerah Siak sebagai penyelenggara harus bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan sosialisasi pilkada bersama Panwaslu. Tugas KPUD tidak hanya melaksanakan pemungutan suara saat hari pemilihan, tapi dalam pelaksanaan wajib jujur, adil bertanggung jawab dan independen.
"Sehingga tentu harapan kta semua nanti terpilih pemimpin siak yg benar2 peduli dg masyarakat dan menciptakan kesejahtraan masyarakat siak," tutur mahasiswa asal Kecamatan Bungaraya tersebut. (LIHAT: Gadis Cantik Pembawa Bendera Ini Asal Siak)
“Perhimpunan Pemuda Riau Kabupaten Siak siap membantu lembaga penyelenggara Pemilu baik itu KPUD dan Panwaslu Siak dalam melakukan edukasi politik dan sosialisasi cerdas pada masyarakat Siak untuk menambah kapasitas pemilih Siak yang tentu tujuannya adalah terpilihnya pemimpin yang tepat,” Gatot menambahkan. (BACA: Akademisi: Negara Disandera Partai Politik)
Soal konflik suku atau etnis maupun isu SARA lainnya yang sedang disulut oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab, menurut PPR masyarakat semsetinya diberi pemahaman yang luas. Masyarakat harus melihat dari komposisi masyarakat yang majemuk. Sebab kata dia, kemajemukan inilah seharusnya tercipta demokrasi yg sehat.
“Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan kebesaran jiwa dan kedewasaan berpikir. Tidak ada lagi sekat-sekat pembatas antar suku, asalakan dia punya komitmen dan konsisten memperjuangkan Siak dan memiliki identitas siak itu warga Siak. Dan dia punya hak yang sama dalam konteks politik,” ucap Gatot yang juga merupakan mahasiswa teknik Universitas Islam Riau.
Terakhir Gatot mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk lebih cerdas dan bijaksana dalam menilai dan objektif pada setiap calon yang ada. “Kita menghormati semua pihak dan kedua pasang calon yang sedang bertarung. Tapi alangkah dewasanya jika pertarungan maupun kompetisi politik ini menggunakan cara yang santun dan beretika. Silahkan bangun kampanye dialogis, kampanye yang visioner untuk memperkenalkan kelebihan masing-masing. Tapi tak perlu menjelekkan lawan dalam agenda yang sama,” tandasnya.