Reporter: Herianto Wibowo
RIAU ONLINE, PEKANBARU – Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Riau menemukan sejumlah persoalan dalam pelayanan publik di Rumah Sakit Jiwa Tampan, Pekanbaru.
Salah satu temuan paling mencolok adalah lamanya antrean penanganan pasien rawat jalan yang bisa mencapai 2 hingga 3 jam.
Temuan ini diperoleh saat kunjungan langsung yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Ombudsman Riau, Bambang Pratama, pada Rabu pagi, 7 Mei 2025. Dalam kunjungan itu, ia didampingi oleh Direktur RS Jiwa Tampan, dr Prima Wulandari, dan jajaran manajemen rumah sakit.
"Ini kan sudah kelamaan. Seharusnya waktu tunggu satu pasien itu maksimal 60 menit," ujar Bambang, Kamis 8 Mei 2025.
Menurut Bambang, setiap hari sekitar 30 hingga 40 pasien rawat jalan datang ke RS Jiwa Tampan, sementara jumlah dokter yang tersedia hanya enam orang. Dengan rasio tersebut, katanya, waktu tunggu seharusnya dapat ditekan.
"Dari waktu tunggu 2-3 jam, ditekan menjadi 1,5 jam dan ditekan lagi menjadi 1 jam. Kita minta secara perlahan saja," imbuhnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan kekurangan tenaga medis, terutama dokter umum dan perawat. Ia mencontohkan, pada malam hari hanya ada dua perawat yang menjaga hingga 20 pasien.
Dalam kunjungan tersebut, Ombudsman Riau juga menyinggung kasus meninggalnya seorang pasien bernama Ahmad Nurhadi yang diduga bunuh diri pada Jumat, 25 April 2025 lalu. Bambang menyatakan, pihak keluarga telah melaporkan kejadian itu kepada Ombudsman.
"Kedatangan kami ke RS Jiwa ini memang juga menindaklanjuti laporan tersebut. Namun, kunjungan ini sebenarnya sudah dijadwalkan sebelumnya," jelasnya.
Ia menyoroti kondisi ruang Unit Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP) yang dinilai belum ideal, baik dari segi fasilitas maupun jumlah petugas.
"Ombudsman dalam waktu dekat akan menurunkan tim untuk melakukan pemeriksaan terkait meninggalnya pasien di ruangan UPIP," tegas Bambang.
Tak hanya itu, Ombudsman juga mendesak agar RS Jiwa Tampan kembali fokus pada pelayanan kejiwaan. Pasalnya, rumah sakit tersebut saat ini juga melayani layanan kesehatan umum, seperti gigi, yang dianggap bisa mengganggu fokus utama.
"Harapan kami, rumah sakit ini fokuslah ke pelayanan kejiwaan, rawat inap dan rawat jalannya. Apalagi pasien dari Sumut juga ada yang dirawat di sini," katanya.
Bambang mengkritisi jumlah dokter gigi di RS Jiwa Tampan yang dinilai tidak proporsional dengan jumlah pasien.
"Saat ini ada 11 dokter gigi melayani hanya 3 sampai 5 pasien per hari. Ini kan sudah kebanyakan," katanya.
Ia menambahkan, kondisi serupa juga terjadi di RSUD Arifin Achmad dan RS Petala Bumi.
Persoalan lainnya yang ditemukan adalah overkapasitas pasien rawat inap. Idealnya, RS Jiwa Tampan hanya mampu menampung maksimal 284 pasien. Namun, saat ini tercatat ada 324 pasien yang dirawat.
"Seharusnya satu kamar itu diisi dua pasien. Ini kan sudah overkapasitas, ada kamar yang diisi sampai delapan pasien," ungkap Bambang.