7 Ambisi Besar Jokowi: Dari Tol Hingga Ibu Kota Baru

Blok-Rokan-Jadi-Lokasi-Upacara-Peringatan-Harlah-Pancasila.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Joko Widodo sejak dilantik sebagai Presiden RI pada 2014 lalu, telah menjalankan sejumlah proyek ambisius demi mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Tak hanya untuk meningkatkan daya saing ekonomi, pembangunan besar-besaran yang dilakukan sepanjang era pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin juga bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di berbagai daerah.

Sederet proyek ambisius Jokowi yang menjadi tonggak penting dalam pemerintahannya telah dibangun hingga mendekati masa akhir jabatannya pada 20 Oktober 2024.

RIAU ONLINE telah merangkum sejumlah ambisi besar Jokowi sepanjang menjabat Presiden RI:

1. Tol Trans Jawa

Pembangunan Tol Trans Jawa menjadi satu dari sejumlah proyek infrastruktur paling terkenal dari Jokowi. Proyek besar ini menghubungkan ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa. 

Tol Trans Jawa dianggap sebagai satu dari sejumlah proyek strategis nasional untuk mengurangi waktu perjalanan antar kota dan mempercepat distribusi barang. 

Sebelum Jokowi, proyek ini telah direncanakan selama beberapa dekade, namun tidak pernah terealisasi sepenuhnya. Melalui fokus pembangunan infrastruktur, tol sepanjang lebih dari 1.000 km ini akhirnya selesai dan beroperasi.

"Sebentang jalan bebas hambatan yang sungguh panjang kini hadir membelah Pulau Jawa, menghubungkan kota-kota, daerah-daerah, dari provinsi ke provinsi. Jalan tol Trans-Jawa membentang lebih 1.000 km dari pelabuhan Merak, Cilegon, di ujung barat sampai ke pelabuhan Ketapang, Banyuwangi di ujung timur pulau Jawa," kata Jokowi, Senin, 30 Agustus 2021.

Dalam rentang 10 tahun masa pemerintahannya, Presiden Jokowi telah berhasil melanjutkan pembangunan dan menyambungkan Jalan Tol Trans Jawa

"Jalan tol ini akan memudahkan mobilitas orang dan barang, menurunkan biaya logistik dan terhubung ke titik-titik pertumbuhan ekonomi dari kawasan industri pelabuhan hingga pariwisata," jelas Jokowi.

2. Tol Laut

Tak hanya jalan tol darat, Presiden Jokowi turut mencanangkan Tol Laut untuk memperkuat konektivitas antar pulau melalui jaringan transportasi laut yang lebih efisien.

Jokowi mengatakan tol laut dibangun untuk menurunkan disparitas harga kebutuhan pokok di wilayah-wilayah terpencil dan pulau-pulau terluar Indonesia.

"Tujuan awal dari tol laut untuk menekan disparitas harga antar wilayah akan bisa kita capai,” kata Jokowi saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas (ratas) mengenai Akselerasi Program Tol Laut, Kamis, 5 Maret 2020 silam.

Rute pelayaran yang terintegrasi, diharapkan dapat menurunkan biaya pengiriman barang dari pusat-pusat ekonomi di Pulau Jawa ke wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Maluku.



Meski program ini menuai pujian, kapasitas pelabuhan yang masih perlu ditingkatkan serta kesiapan infrastruktur pendukung di beberapa daerah terpencil menjadi tantangan dalam pembangunannya.

3. Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah proyek yang sangat ambisius dalam sejarah transportasi Indonesia. Kereta berkecepatan hingga 350 km per jam ini diharapkan mampu memotong waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung, dari tiga jam menjadi kurang dari satu jam. 

Proyek yang didanai oleh konsorsium Indonesia dan China ini diharapkan menjadi simbol modernisasi transportasi Indonesia, sekaligus memperkuat konektivitas di kawasan Jabodetabek dan Jawa Barat.

Namun, proyek ini juga diwarnai kontroversi terkait pembengkakan biaya, keterlambatan pembangunan, serta dampak lingkungan. Meski begitu, kereta cepat ini dijadwalkan untuk beroperasi pada 2024, menandai era baru transportasi massal di Indonesia.

"Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini merupakan kereta cepat pertama di Indonesia dan juga pertama di Asia Tenggara," ungkap Jokowi saat meresmikan proyek Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, Senin, 2 Oktober 2023.

4. Ibu Kota Negara Baru (Nusantara)

Proyek paling ambisius Jokowi adalah pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, yang diberi nama Nusantara. Megaproyek ini diluncurkan sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah Jakarta yang semakin padat, banjir, dan polusi. 

Jokowi berambisi untuk menciptakan ibu kota negara yang lebih modern, berkelanjutan, dan menjadi pusat pemerintahan yang lebih efektif, serta terintegrasi dengan teknologi canggih.

Proyek pembangunan ibu kota negara yang baru ini diperkirakan membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang panjang. 

Jokowi bahkan menyebut pembangunannya kemungkinan memakan waktu hingga 20 tahun.

“Membangun sebuah Ibu Kota seperti Nusantara ini butuh waktu, butuh proses, tidak hanya 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun. Ini bisa 10 tahun, 15 tahun atau 20 tahun untuk membangun ekosistem besar, Ibu Kota besar, negara besar Indonesia,” ujarnya saat memberikan kata sambutan dalam 15th Kompas CEO Forum di IKN yang disiarkan secara virtual, Jumat, 11 Oktober 2024

Meski banyak yang mendukung langkah ini sebagai upaya pemerataan pembangunan, proyek ini juga menuai kritik karena dipandang terlalu ambisius di tengah tantangan ekonomi dan prioritas lain yang mendesak. Namun tahap awal konstruksi telah dimulai. Jokowi berkomitmen untuk melihat proyek ini setidaknya berjalan sebelum akhir masa jabatannya.

5. Proyek LRT Jabodebek dan MRT Jakarta

Selama masa pemerintahannya, Jokowi juga berupaya memperbaiki transportasi massal di kawasan perkotaan, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek dan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta pun dibangun sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan parah yang menjadi masalah kronis di ibu kota.

MRT Jakarta fase pertama, yang menghubungkan Lebak Bulus hingga Bundaran HI, telah diresmikan pada 2019, menjadikan Jakarta memiliki sistem transportasi bawah tanah yang modern. 

Sementara itu, LRT Jabodebek diharapkan akan memperkuat konektivitas antara wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Kedua moda transportasi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk masalah kemacetan dan polusi udara di Jakarta.

"Kalau nggak ada LRT, MRT, Kereta Cepat, kita kehilangan tiap tahun karena kemacetan Rp 65 triliun, kalau Jabodetabek mungkin di atas Rp 100 triliun. Pilih mana? Beli LRT, MRT, atau uangnya hilang karena kemacetan?" kata Jokowi dikutip dari YoTube Sekretariat Presiden, Selasa, 13 Agustus 2024.

6. Pembangunan PLTA dan Energi Terbarukan

Dalam upaya memenuhi kebutuhan energi nasional sekaligus memperkuat ketahanan energi, Jokowi mendorong pembangunan berbagai pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). 

Menurut Jokowi, pembangunan PLTA menjadi bagian dari desakan global untuk mengembangkan energi hijau dan menggeser pemakaian tenaga fosil, seperti batu bara ke tenaga hijau. Indonesia ditargetkan dapat mengurangi emisi hingga 23 persen pada 2025, kemudian 29 persen pada 2030, dan emisi 0 pada tahun 2060.

Satu di antaranya proyek PLTA terbesar adalah PLTA Batang Toru di Sumatera Utara, yang diproyeksikan mampu menyuplai listrik berkapasitas hingga 510 MW. Proyek ini sejalan dengan visi Jokowi untuk meningkatkan penggunaan energi ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Selain PLTA, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga mulai dikembangkan, meskipun masih menghadapi tantangan terkait investasi dan infrastruktur.

7. Proyek Smelter dan Hilirisasi Industri

Presiden Jokowi bertekad untuk meningkatkan nilai tambah pada produk tambang nasional, Ia pu mendorong pembangunan smelter dan hilirisasi industri mineral. 

Dengan melarang ekspor bijih mentah, pemerintah berupaya agar Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga mampu mengolah dan memproduksi produk jadi atau setengah jadi di dalam negeri.

Menurut Jokowi, hilirisasi merupakan sebuah pekerjaan besar yang semuanya harus terintegrasi.

Satu dari proyek strategis ini adalah pembangunan smelter nikel di beberapa wilayah seperti Sulawesi dan Maluku, yang diharapkan akan mendorong industri baterai kendaraan listrik dan mendukung transisi energi global.