RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau telah melakukan pemeriksaan terhadap puluhan kerbau mati mendadak secara massal dan mengambang di Sungai Kampar Kiri, beberapa waktu lalu. Hasil pemeriksaan, tidak ditemukan penyakit Infeksius pada hewan-hewan tersebut.
Penyakit infeksius merupakan penyakit yang disebabkan mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, jamur dan parasit.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas PKH Riau drh Faralinda mengatakan, hal itu juga bisa dibuktikan dengan pasca kematian delapan ekor kerbau tersebut, tidak ada lagi kerbau yang mati mendadak sebagaimana biasanya gejala penyebaran penyakit menular pada hewan.
"Kalau dari hasil investigasi, tidak ada tanda-tanda kerbau terkena penyakit infeksius. Kemudian juga tidak ada tambahan lagi kerbau yang mati," ujarnya.
Menurut laporan yang diterima Dinas PKH Riau, kerbau-kerbau yang mati mendadak disebut masih dalam keadaan segar pada sore hari sebelum ditemukan mati. Kemudian pada pagi harinya baru ditemukan kerbau sudah ada beberapa yang mati.
"Di sekitar lokasi masih ada berapa ekor masih hidup, namun dipotong paksa karena kondisi sudah kurang baik," jelasnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga menampik adanya kemungkinan hewan ternak tersebut terkena penyakit Ngorok. Penyakit Ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) adalah penyakit yang menyerang saluran napas dan organ lain pada ternak. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada kerbau dalam waktu yang singkat.
Gejala penyakit tersebut adalah peningkatan suhu tubuh, Oedema submandibular di daerah dada, suara ngorok atau keluarnya ingus dari hidung, lesu dan lemah.
"Jika memang penyakit ngorok, pastinya akan terus ditemukan kerbau yang mati, atau tidak berhenti dari kejadian pekan lalu sampai saat ini," jelasnya.
Akan tetapi, belum dapat ditemukan penyebab pasti dari kematian delapan ekor kerbau tersebut.