Papan ISPU Rusak, Warga Tidak Bisa Pantau Saat Kualitas Udara Buruk

Papan-ISPU-di-depan-Mal-Pelayanan-Publik-Pekanbaru.jpg
(LARAS OLIVIA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Papan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) tidak lagi berfungsi. Salah satu papan ISPU yang rusak terlihat di depan Mal Pelayanan Publik (MPP) Pekanbaru.

Kondisi tersebut berlangsung selama beberapa tahun ini. Alat tersebut mestinya memperlihatkan ISPU dengan sejumlah level. Ada level baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat hingga level berbahaya.

"Harusnya alat ini bisa menjadi informasi dan peringatan bagi masyarakat terkait kualitas udara," kata Wanda, penumpang bus TMP di halte MPP Pekanbaru, Jumat 2 Agustus 2024.

Dirinya berharap papan ISPU bisa kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Apalagi selama satu pekan ini terjadi kebakaran lahan di Kota Pekanbaru.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru, Reza Fahlevi pun angkat bicara soal kondisi papan ISPU yang rusak. Ia mengatakan, papan ISPU dan sejumlah alat sudah mengalami kerusakan sejak tahun 2016 silam.



Reza menjelaskan, dalam proses mendapatkan data ISPU harian Kota Pekanbaru bermula dari dari pengukuran oleh analyzer di tiga stasiun permanen (fixed station) di Kulim, Sukajadi, dan Tampan. 

Namun terhitung sejak tanggal 25 April 2016 lalu, server di Laboratorium Udara (Regional Center) berlokasi Komplek MPP Kota Pekanbaru mengalami kerusakan. "Menurut analisa kami disebabkan oleh faktor usianya yang sudah tua," paparnya.

Lanjutnya, sejak itu proses komunikasi data dan analisa data tidak lagi bisa dilakukan secara otomatis. Mereka akhirnya melakukan analisa data secara manual. 

Kondisi itu diperparah ketika Stasiun Pemantau di Tampan dalam Komplek Kantor Camat Binawidya mengalami kerusakan apa tahun 2017 silam.

Reza menyebut, faktor tidak adanya sparepart membuat proses pengambilan sampel dan analisa data tidak lagi bisa dijalankan di stasiun itu.

Reza menjelaskan bahwa Stasiun Pemantau di Kulim dalam Komplek Workshop PU Kota Pekanbaru mengalami kerusakan sejak 2018. Ia juga mengaku perbaikan urung dilakukan karena tidak adanya sparepart.

"Sehingga sejak itu proses pengambilan sampel dan analisa data tidak lagi bisa berjalan di Stasiun Kulim. Kami mengaku proses perbaikan belum bisa kami lakukan, karena keterbatasan anggaran dan ketiadaan sparepart untuk peralatan itu," tandasnya.