Ibu Rumah Tangga Urutan Ketiga Penderita HIV AIDS di Pekanbaru

Ilustrasi-HIV.jpg
(Liputan6.com)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dinas Kesehatan (Diskes) Pekanbaru mencatat, secara kumulatif sejak 2000 hingga 2023 ini terjadi peningkatan kasus HIV AIDS. Data hingga bulan Oktober 2023, berdasarkan jenis kelamin, penderita HIV laki-laki ada sebanyak 2041 orang dan perempuan 791. Sementara, penderita AIDS laki-laki ada 1720 orang dan perempuan 603 orang.

Berdasarkan jenis kelamin, terbanyak penderita HIV AIDS di golongan usia 25 sampai 49 tahun. Dengan penderita HIV sebanyak 1951 orang dan AIDS 1876.

Sementara, secara kumulatif kasus HIV AIDS berdasarkan pekerjaan terbanyak dari pekerja swasta HIV (1528), AIDS (996). Disusul wiraswasta HIV (320) dan AIDS (445), urutan ketiga merupakan ibu rumah tangga HIV (250) AIDS (217), keempat dari penjaja seks HIV (238) AIDS (118).

"Jadi, data berdasarkan jenis kelamin, yang banyak menderita HIV AIDS memang laki-laki. Baik itu HIV maupun AIDS. Kalau kita bicara berdasarkan pekerjaan dari pasien pasien yang sudah kita periksa, itu kebanyakan dari kalangan pegawai swasta, lalu wiraswasta, dan ketiga ibu rumah tangga," papar Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr Zaini Rizaldy Saragih, Minggu 17 Desember 2023.

Kemudian di urutan ke empat, lanjutnya, dari kelompok penjaja seks, kelima tidak bekerja. Ada juga dari pelajar mahasiswa, oknum TNI Polri, narapidana, PNS, sopir, buruh kasar, petani, tenaga profesional, pelaut, tenaga medis.



Pria disapa dr Bob mengatakan bahwa HIV AIDS merupakan suatu penyakit infeksi menular seksual. Pola penularan antara satu orang terinfeksi HIV atau sekarang disebut ODHIV orang dengan HIV. Proses penularan bisa melalui cairan tubuh, di antaranya darah, bisa mani, bisa juga cairan air ketuban dari ibu ke anak.

"Pada umumnya penularan HIV AIDS ini memang kebanyakan dari hubungan seks, pekerja seks. Namun kini laporannya, bukan hanya di Indonesia, di Pekanbaru juga, ternyata yang menderita HIV AIDS ini terdiri dari beberapa jenis profesi. Karena, sekarang bukan hanya dari pekerja seks yang menularkan, bahkan yang bukan pekerja seks juga bisa menularkan," kata dr Zaini.

Dirinya mengajak agar masyarakat agar menghilangkan stigma negatif maupun perlakuan diskriminatif terhadap penderita HIV atau ODHIV. Hal ini karena seseorang yang menderita HIV AIDS belum tentu karena dia telah melakukan hubungan seksual dengan penderita yang lain. 

"Bisa saja tertular dari cara lain, misalkan saat seorang dokter akibat mungkin lengah, bisa saja tertular oleh cairan tubuh manusia. Atau ibu rumah tangga yang tertular dari suami, anak yang tertular dari orang tua. Jadi, makanya kita harus menghilangkan stigma negatif ini agar ODHIV mau datang berobat dan tidak menularkan kepada orang lain," ujarnya.

Ia juga mengingatkan kepada seluruh tenaga kesehatan agar tidak melakukan diskriminasi saat ada pasien ODHIV. 

"Karena kalau kita melakukan pelayanan diskriminatif atau membedakan pasien, dia akan timbul dendam, maka ini bisa berbahaya bagi masyarakat lainnya," tutupnya.