RIAU ONLINE, PEKANBARU - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mengungkap kabut asap yang menyelimuti Riau dalam beberapa hari terakhir berasal dari Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi.
Kepala BPBD Riau, M Edy Afrizal, menjelaskan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memang tengah terjadi di dua provinsi tetangga Riau tersebut. Menurutnya, kabut asap yang juga menyelimuti Riau hari ini juga berasal dari Sumsel dan Jambi.
"Angin juga mengarah ke Riau, sehingga asap akibat karhutla di Sumsel dan Jambi ke Riau. Dari data BMKG hotspot di kedua Provinsi ini cukup banyak, dan belum terkendali. Ditambah lagi belum musim panas dan tidak ada hujan di Sumsel,” kata M Edy Afrizal.
Sementara di Riau, kata Edy, karhutla masih terkendali. Titik panas (hotspot) di Riau juga tidak banyak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hanya ada 7 titik panas yang tersebar di Kabupaten Rokan Hilir dan Kampar. Edy memastikan karhutla di dua kabupaten tersebut tidak menyebabkan kabut asap di Riau.
“Kalau di Riau Karhutla terkendali, memang ada bebrapa titik tapi tidak besar kita cuma 7 titik pagi ini, itupun Rohil dan Kampar yang dimonitor dari satelit. Di lapangan ada di Teluk Meranti, di TNTN, di Batang Cenaku, tapi semua tinggal pendinginan. Asap dari tetangga kita masih banyak hotspotnya, kita pernah banyak titik tapi tidak separah ini dan tidak pernah asap seperti ini,” jelas Edy.
Lebih lanjut dikatakan Edy, BPBD telah berkoordinasi dengan Kepala pelaksana BPBD Jambi dan Sumsel. Kedua provinsi ini telah berupaya untuk memadamkan karhutla di sejumlah wilayah mereka. Namun belum terkendali dikarenakan tidak adanya curah hujan di dua provinsi tersebut.
“Semalam sudah telpon Kalaksanya [Kepala pelaksana BPBD], itu sudah lama terjadi karhutla, dan tim Manggala Agni dari Jambi juga sudah digeser ke Sumsel. Namun, sampai saat ini masih terjadi kebakaran. Cuaca memang keting dan mereka tidak hujan dalam dua bulan ini,” ungkapnya.
Kabut asap tebal menyelimuti Kota Pekanbaru dan sejumlah kabupatan kota di Riau pada Minggu, 1 Oktober 2023. Akibatnya, penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru terganggu hingga menyebabkan keterlambatan (delay) penerbangan.