Teknik Kimia Unri Sosialisasikan Kompor Biomassa Ramah Lingkungan

Teknik-kimia-unri-sosialisasi-kompor.jpg
(Tim Pengabdian Masyarakat/Unri/Istimewa)

Laporan: Tim PKM Unri

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Universitas Riau, melalui Jurusan Teknik Kimia lakukan sosialisasi inovasi kompor Biomassa rumah tangga ramah lingkungan di desa Batu Belah, Kampar. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pengabdian masyarakat Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau Sabtu, 5 Agustus 2023 di Balai Desa Batu Belah, Kampar.

Kompor Biomassa (Komas) merupakan kompor masak yang sudah dimodifikasi agar lebih ramah lingkungan. Komas memodifikasi konsep pembakaran pada tungku masak kayu dengan konsep gasifikasi Biomassa. Modifikasi ini kemudian dikembangkan dalam skala rumah tangga.

Kegiatan diawali dengan pemaparan konsep dan penggunaan Komas oleh Hari Rionaldo. Dosen Jurusan Teknik Kimia tersebut klaim komas lebih ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan asap dan lebih efisien.

"Komas tidak menghasilkan asap dari tungku bakar sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, komas juga memiliki efisiensi pembakaran hingga 35 persen. Artinya, bahan bakar kayu yang digunakan juga lebih sedikit dari kompor masak kayu konvensional," ujar Hari Rionaldo, anggota kelompok pengabdian masyarakat saat memaparkan prinsip kerja Komas kepada masyarakat.

Setelah pemaparan disampaikan, Komas didemonstrasikan besama masyarakat dengan merebus jagung. Jagung rebus yang biasanya matang sekitar 15 menit, dengan Komas bisa matang tidak sampai 10 menit.


"Dengan prinsip gasifikasi yang dirancang, panas yang dihasilkan lebih tinggi, jadi proses masak jauh lebih cepat," ulas Ketua Tim Pengabdian, Zulfansyah.

Komas menggunakan prinsip gasifikasi biomassa yang merupakan proses konversi termal bahan bakar padat (biomassa) menjadi gas yang mudah terbakar. Gas yang mudah terbakar ini lebih dikenal sebagai Gas Producer. Komas dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dari kompor masak tradisional, karena menggunakan metode gasifikasi.

Metode gasifikasi biomassa membuat komas lebih ramah lingkungan. Meskipun menggunakan bahan bakar kayu, Komas tidak menghasilkan asap. Partikel emisi yang ditimbulkan juga rendah. Selain itu, Metode gasifikasi Komas dapat menghemat hingga 35 persen penggunaan bahan bakar. Dengan kata lain, komas diklaim lebih ramah lingkungan dari tungku masak tradisional.

Komas dapat diberi bahan bakar biomassa seperti ranting kayu, tempurung kelapa, pelepah sawit dan lain-lain. Dalam penerapannya, Komas cocok digunakan untuk mengganti tungku masak berbahan bakar kayu tradisional di masyarakat. 

Cara menggunakan komas sederhana, biomassa yang sudah disediakan dimasukkan ke dalam tungku pembakaran. Setelah dibakar, Komas ditutup dengan bagian penutup yang disebut Riser agar api menyala. Api yang sudah menyala dapat diatur dengan membuka atau menutup sebagian lubang udara dibagian bawah Komas.

Usai didemonstrasikan, prototype Komas diserahkan ke masyarakat Desa Batu Belah agar dapat dicontoh dan diaplikasikan ke masyarakat.

Sarah Mutia, salah satu mahasiswa yang turut berpartisipasi berharap inovasi Komas ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. "Harapan saya dan teman-teman, semoga inovasi Komas dapat bermanfaat bagi masyarakat," ujar Sarah Mutia.

Tim pengabdian masyarakat Komas diketuai oleh Zulfansyah, dan dibantu lima orang dosen, yaitu Hari Rionaldo, Zuqni Melda, Nirwana, Maria Peratenta, Sri Helianty. Turut serta pula enam orang mahasiswa Teknik Kimia yang membantu tim.