Anak Teater Selembayung “Diusir” saat Tampil, Anggota DPRD Riau Buka Suara

Teater-Salembayung-di-hut-riau.jpg
(BAGUS PRIBADI/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Anggota Komisi V DPRD Riau, Ade Hartati Rahmat, buka suara perihal pemberhentian penampilan Teater Selembayung saat HUT ke-66 Riau di Rapat Paripurna DPRD Riau. Ia menyayangkan insiden tersebut.

Ade menuturkan, awalnya sangat mengapresiasi dan senang ada anak-anak berkenan tampil di agenda Rapat Paripurna DPRD Riau. 

“Namun, alangkah terkejutnya saya ketika pembinanya WhatsApp saya bahwa penampilan teater mereka dihentikan sebelum selesai dengan alasan acara akan dimulai,” kesalnya, Kamis, 10 Agustus 2023.

Sebab itu, ia menyampaikan kekecewaan yang amat dalam karena penampilan anak-anak dihentikan sepihak oleh pihak Sekretariat DPRD Riau.

“Kemudian, hal ini tentu menjadi catatan buat kami, di mana yang seharusnya setiap agenda kedewanan itu tentu sudah disepakati dan dibincangkan sejak awal agar terlaksana dengan baik,” jelas Ade.

Politikus PAN itu menjelaskan, di rapat Badan Musyawarah (Bamus) terakhir, anggota DPRD Riau sudah mengingatkan pihak Sekretariat DPRD Riau agar menata pelaksanaan segala bentuk acara dengan baik. Tambahnya, baik acara yang berlangsung selama Sidang Paripurna maupun setelah Sidang Paripurna. 



“Kami akan evaluasi kejadian tersebut yang memperlihatkan seakan DPRD Riau tidak memiliki keberpihakan pada seniman dalam konteks budaya. Dan secara pribadi kejadian ini di luar sepengetahuan kami,” pungkas Ade.

Sebelumnya, pertunjukan teater bertajuk Opera Tun Fatimah itu diperankan oleh sekelompok anak-anak dan harus berhenti saat Gubernur Riau, Syamsuar memasuki ruang paripurna. Diadakannya pertunjukan itu pun menurut pengakuan Teater Selembayung, sebab sebulan sebelumnya diberikan kehendak untuk tampil di DPRD Riau. 

Sutradara sekaligus Pimpinan Teater Selembayung, Fedli Aziz, kecewa dengan para hadirin acara yang sama sekali tak ada respon dan respect dengan penampilan yang dibawakan anak-anak berusia SD. 

“Tak ada hati nurani untuk menonton. Anak-anak itu sudah latihan satu bulan penuh mempertunjukkan kemampuan di depan khalayak terhormat di DPRD, tapi para hadirin malah sibuk sendiri. Anak-anak itu hanya melakukan setengah pertunjukan,” jelas dia.

Menurut dugaan Fedli, panitia tak memasukkan agenda pertunjukan teater, padahal sebulan sebelumnya sudah kontrak. Sudah melakukan gladi resik, dan rapat berkali-kali.

“Untuk apa mereka bicara Riau dan Melayu yang santun dan beradab kalau mereka satupun tak ada yang beradab. Tak ada rasa malu dan empati terhadap kesenian dan kebudayaan,” tegas Fedli.

Meski diakuinya pihak Sekretariat DPRD Riau meminta maaf secara personal, tapi pertunjukan itu dihentikan memang karena kondisi panggung harus steril saat gubernur masuk. 

“Padahal kenapa kalau gubernur menonton itu? Memang gubernur anti melayu? segala perkakas kebudayaan melayu tergambar di kesenian melayu. Mereka bukannya mau mengapresiasi, malah tak peduli dengan anak kecil. Kami diundang oleh DPRD Riau dan diminta untuk tampil,” terangnya.