Laporan: MG Septri Windiyana Putri
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kekerasan seksual merupakan tindakan pelecehan seksual terhadap seseorang tanpa adanya persetujuan dari pihak yang bersangkutan. Hal ini menjadi momok menakutkan bagi banyak orang tanpa melihat latar belakang gender maupun usia seseorang.
Psikolog Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Provinsi Riau, Yanwar Arief, mengungkapkan terdapat beberapa penyebab seseorang menjadi pelaku kekerasan seksual. Ada di antaranya faktor gangguan mental, sikap kekuasaan, dan paparan video porno.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pemateri “Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak pada peringatan Hari Anak Nasional 2023, dengan tema "Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak" dan "Pencegahan Perilaku Bullying Pada Anak" yang berlangsung di Auditorium Fakultas Hukum UIR, Kamis 3 Agustus 2023.
"Yang berikutnya kita harus memahami juga kecenderungan yang menjadi korban kekerasan seksual pada anak-anak, yakni anak-anak yang memiliki pengalaman traumatis masa lalu, anak yang mempunyai kepribadian tertutup besar kemungkinan mudah sekali untuk di-grooming, dan anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental," jelas Dekan Fakultas Psikologi UIR itu.
Lebih lanjut dikatakan Yanwar Arief, peran orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak. Orang tua perlu berkomunikasi secara terbuka kepada anak serta memberikan pendidikan seksual dan mengawasi aktivitas anak.
"Peran guru pun di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik dalam bidang akademis namun juga menjadi sahabat bagi anak itu sendiri. Sama halnya masyarakat juga berperan penting dengan cara menghidupkan kembali kegiatan kemasyarakatan yang bermanfaat," katanya
Di tempat yang sama, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Provinsi Riau, Sigit Nugroho menyampaikan dalam penelitiannya 49 persen anak Indonesia menjadi korban bullying.
"Dan negara Asia Tenggara yang tingkat bullyingnya paling tinggi adalah Filipina," ujarnya.
Sigit Nugroho menyebut upaya mengatasi bullying memiliki tingkatan yang berbeda-beda mulai dari level anak-anak, level sekolah, dan level komunitas.
Untuk level anak-anak adapun upaya untuk mengatasi adalah orang tua membantu pengembangan konsep diri anak yang positif, asertivitas anak, dan mendidik anak untuk berani melapor.
Kemudian untuk level sekolah upaya untuk mengatasi bullying di antaranya adalah melakukan asesmen potensi bullying serta membuat kebijakan anti bullying, dan mengkomunikasikannya kepada semua stakeholder.
"Untuk level komunitas, pencegahan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan dan pemberdayaan komunitas anti bullying, dan bekerja sama dengan profesional," paparnya.