RIAU ONLINE, PEKANBARU-'Tuhan menciptakan alam dan keanekaragaman hayati untuk dikelola, bukan untuk dihabiskan. Sejatinya generasi saat ini bukan menjadi pewaris kekayaan, melainkan meminjamnya dari generasi masa depan'.
Demikian dikatakan Sri Gosleana, Pertiwi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyikapi arti penting nilai-nilai konservasi alam dan lingkungan untuk hari ini, esok dan masa yang akan datang.
Bekerja di industri migas tidak lantas membuat semangat konservasi lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memudar. Pemahamannya di bidang konservasi justru membantu perusahaan dalam penguatan aspek perlindungan alam dan lingkungan di sekitar daerah operasi.
Gosle ia akrab disapa, menyatu dengan PHR yang memiliki kesadaran tinggi tentang perlindungan alam dan lingkungan. Pengalamannya di bidang perizinan kehutanan dan tata ruang membuat Gosle harus selalu berurusan dengan instansi pemerintahan.
Gosle menjembatani perusahaan dalam hal perlindungan alam dan konservasi agar selaras dan harmoni dengan kegiatan operasi. Wanita dengan latar belakang Pendidikan Konservasi dan Sumber Daya Hutan ini memahami benar aturan teknis dan kerja sama dengan instansi pemerintahan untuk menyelaraskan kegiatan operasi dengan konservasi.
"Setiap kegiatan operasi yang berdekatan dengan daerah konservasi harus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Begitu pula dengan keanekaragaman hayati dan satwa, kita juga harus berkomunikasi dengan BBKSDA Riau," ujarnya dalam rilis diterima RIAU ONLINE, Jumat 21 April 2023.
Wanita yang saat ini menduduki posisi Analis Regulasi Lahan dan Pemanfatan di PHR ini mengaku bangga dapat menyatu dengan perusahaan yang berkomitmen terhadap konservasi. Ia menyadari tugas utama perusahaan adalah menjaga ketahanan energi nasional, namun dalam hal ini, PHR tetap menomorsatukan hutan dan lingkungan agar tetap terjaga.
"Negara mengamanahkan PHR mencari minyak, namun komitmen PHR terhadap hutan dan keanekaragaman hayati itu sangat tinggi serta peduli terhadap satwa yang dilindungi," tukasnya.
Salah satunya Hutan Rumbai di Kamp PHR yang memiliki keistimewaan flora dengan ketinggian pohon yang bervariasi, keragaman cara hidup serta tegakan pohon yang khas. Satwa yang berdiam di Hutan Rumbai pun tak kalah beragam, di antaranya banyak merupakan satwa dilindungi, seperti Lutung (langur francois), Owa Ungko (hylobates agilis) hingga Tapir (tapirus indicus).
"Dengan adanya spesies yang spesifik itu menjadi indikator tegakan hutan di Kamp PHR masih sangat bagus," ujarnya.
PHR terus berupaya memupuk kesadaran pekerja dan masyarakat di sekitar kamp peduli dengan lingkungan. Perusahaan selalu meningkatkan sosialisasi perlindungan hutan dan satwa melalui tim Operational Excellence/ Health Environmental Safety (OE/HES).
"Tim OE/HES bagian environment sudah punya program yang bagus sekali untuk perlindungan hutan, seperti dilarang berburu, peringatan keberadaan satwa sampai memasang plang peringatan daerah perlintasan satwa," tuturnya.
Ada banyak program peduli lingkungan dilakukan lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Yang terdekat dari Hutan Rumbai yakni sinergitas dengan Pemerintah Provinsi Riau dalam Pembangunan Strategis Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Minas.
Begitu pula kolaborasi PHR dengan komintas pecinta alam untuk melindungi satwa endemik Gajah Sumatra (elephas maximus sumatranus) lewat Program Agroforesri. Selain pemulihan fungsi hutan, lewat program ini akan menurunkan risiko konflik antara gajah dan manusia.
"Konservasi tidak semata-mata menyelamatkan dan berbagi pola ruang kepada flora dan fauna. Tapi lebih dari itu, mengembalikan kesejatian manusia sebagai mahluk berbagi, dengan memangkas sifat keserakahan untuk menguasai segala hal," ujar Gosle.