Kopda Ahmad Diganjar Kenaikan 2 Pangkat TNI AU Usai Selamatkan Kapolda Jambi

Kopda-Ahmad-Nofrizal6.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Aksi heroik Kopda Ahmad Nofrizal dalam penyelamatan korban helikopter Polri yang jatuh di Hutan Kerinci, Jambi, berbuah manis. Ia diganjar kenaikan pangkat lewat pendidikan di sekolah Bintara oleh TNI AU. 

Dirinya bakal naik dua pangkat lebih tinggi bila nanti lulus pendidikan Bintara di Lanud Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah. Penghargaan berupa sekolah Bintara ini bakal ia tempuh selama tiga bulan ke depan, mulai 25 Februari 2023. 

Pria akrab disapa Ahmad yang kini berpangkat Kopda bakal naik dua pangkat lebih tinggi menjadi Serda tanpa harus menjadi Koptu dan Kopka lebih dahulu. Ahmad tak menyangka upayanya dalam misi evakuasi korban penumpang helikopter yang mendarat darurat di hutan Kerinci membawa dirinya menggapai pendidikan lebih lanjut. 

Kepada RIAU ONLINE, Kopda Ahmad menceritakan kembali pengalaman saat dirinya ditugaskan mengevakuasi Kapolda Jambi, Irjen Pol Rusdi Hartono. Ia mengingat setiap detik kala dirinya harus memastikan keselamatan jenderal bintang dua hingga sampai ke helikopter, pada Selasa, 21 Februari 2023.

"Saat itu kami dari tim berjumlah tujuh orang, beserta Danyon juga ada di situ. Danyon mengutus saya, memerintahkan saya untuk jadi eksekutor pengambilan evakuasi Kapolda Jambi," ujar pria yang tergabung di Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) 462/Pulanggeni yang bermarkas di Pekanbaru.

Usai menerima kabar jatuhnya helikopter yang membawa Kapolda Jambi, prajurit Yonko 462 kemudian diberangkatkan ke Jambi dan menuju lokasi helikopter yang alami kecelakaan di Bukit Tamiai. Mereka menaiki Helikopter Super Puma H 3211 ini dilengkapi dengan peralatan hoist untuk mengevakuasi korban tanpa harus mendarat di lokasi.

Cuaca sempat tidak bersahabat pada hari pertama upaya evakuasi, Senin 20 Februari 2023. Helikopter Super Puma kembali ke Jambi untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM), kemudian menanti cuaca bagus di PLTA Kerinci. Jika ditarik lurus, berdasarkan titik koordinat, lokasi sasaran dari PLTA Kerinci berjarak 8 Kilometer (Km).

Kopda Ahmad menceritakan, lokasi helikopter jatuh tersebut merupakan hutan lebat. Posisi korban berada di tanah perbukitan dengan kemiringan sekitar 30 sampai 35 derajat. Belum lagi cuaca yang diberatkan oleh kabut beserta awan.

"Setiap setengah jam kabut bergeser, bisa menutup daerah sasaran. Maka hari Selasa itu wajib langsung menyelamatkan kapolda. Karena kalau tidak, bisa fatal. Kita juga melihat kondisi korban, bapak sudah depresi juga karena tangan patah, makanya kita ambil tindakan mau tak mau wajib hari itu kita laksanakan evakuasi," ujarnya.


Dari atas helikopter, Kopda Ahmad turun dengan membawa dragbar, yakni tandu yang didesain khusus untuk tim SAR. Setibanya di bawah, Ahmad menemukan Kapolda Jambi dalam kondisi cukup parah. Ia menyebut bahwa saat itu korban mengalami luka serius dalam artian kondisinya kritis dengan tangan patah dan punggung cedera.

"Saat itu kondisi bapak kapolda tidak bisa duduk, hanya berbaring saja. Walaupun kondisi medan begitu sulit, alhamdulillah diberi kelancaran saat evakuasi. Cuaca masih sama saat turun dan naik. Maka kita lakukan hopper agar kabut tidak memasuki daerah itu, karena baling-baling berputar untuk bisa menggeser kabut," ungkap pria kelahiran 1988 ini.

Sempat Bongkar Tandu dan Berputar di Langit

Kopda Ahmad menceritakan, upaya evakuasi Kapolda Jambi memakan waktu hingga 18 menit. Dimulai waktu ia mulai turun dari helikopter hingga naik kembali. Dirinya sempat melakukan pembongkaran tandu lantaran harus menyesuaikan bobot tubuh kapolda. Belum lagi mengatur letak posisi tangan yang cidera.

"Saat diangkat ke tandu, safety yang digunakan saya bongkar lagi. Jadi, safety yang sudah disiapkan dari atas dibongkar lagi biar bisa masuk (korban), apalagi ditambah luka patah di tangan. Usai saya bongkar, kemudian diikat kembali, untung saya membawa tali webbing sebagai tambahan pengikatan. Saya ikatkan di seputar badan beliau sampai dengan kepala, setelah siap dan rasa sudah aman, saya memanggil heli lagi untuk menurunkan hoist dan jangkar untuk mengait, kemudian kami ditarik ke atas," jelas Ahmad.

Saat hendak naik kembali ke helikopter, Kopda Ahmad Nofrizal bergelantungan dan berputar-putar di seutas tali sambil memegang erat Kapolda Jambi yang berada di tandu. Ia mengatakan, putaran terjadi saat akan sampai di pintu helikopter. Jaraknya sekitar 5 sampai 8 meter memulai dari perputaran itu. Tiupan angin lebih dari 15 knot membuat Kopda Ahmad dan kapolda berputar-putar seperti gasing, semakin tinggi tandu (dragbar) diangkat, maka putarannya semakin melesat.

"Jadi yang safety ke saya hanya satu tali yang saya ikatkan ke dragbar beliau. Saat mengalami putaran waktu evakuasi tidak khawatir, karena saya seorang peterjun juga sudah biasa saat melompat dari pesawat mengalami perputaran di atas. Saya lebih khawatir kepada korban saja, makanya saya pegang erat agar tidak jatuh, guna antisipasi, karena tidak mungkin 100 persen saya percayakan alat," ulasnya.

Dirinya mengungkap penyebab tandu berputar lantaran dragbar tidak seimbang. Kondisi tersebut karena korban mengalami cedera pada tangan kanan dan tidak bisa bergerak. Alhasil, korban saat itu bertumpuan ke bahu kiri, sehingga ada kemiringan pada saat pengangkutan. Belum lagi ada angin dari baling - baling yang mengangkat dragbar tersebut.

"Tidak menduga adanya putaran sekencang itu, namun antisipasi sudah ada," ungkapnya.

Di usianya yang memasuki angka 35 tahun ini, Kopda Ahmad mengaku baru perdana melaksanakan tugas evakuasi dengan teknik hoist menggunakan dragbar. Ia menyebut, biasanya prajurit latihan di medan aman yang datar dan tidak sulit dengan menggunakan jaring atau jangkar.  

"Untuk penyelamatan SAR di gunung seperti ini baru pertama kali. Seringnya evakuasi korban banjir di daerah Kampar. Tapi apabila korban tersebut sudah parah, maka dilakukan evakuasi menggunakan dragbar. Makanya baru kesempatan pertama kemarin saya dipercayakan dan alhamdulillah berjalan dengan lancar," ucapnya.

Kopda Ahmad menyebut bahwa tidak ada persiapan khusus sebelum upaya evakuasi. Para prajurit percaya latihan yang rutin mereka lakukan di homebase bisa diaplikasikan di medan sebenarnya. Penyelamatan pun akhirnya berlangsung dramatis. Kapolda Jambi dan tujuh penumpang heli lainnya berhasil dievakuasi setelah 53 jam berada di hutan.

"Pengalaman tak terlupakan bagi saya. Alhamdulillah kepercayaan itu saya laksanakan, berjalan dengan lancar sehingga bapak kapolda bisa langsung dibawa kembali ke Jambi, langsung ke rumah sakit. Sebagai penghargaan dapat sekolah ke Solo. Mudah-mudahan pada saat tes saya diberi kelancaran agar bisa berganti pangkat," ujar Ahmad yang juga menempuh pendidikan pertamanya di Solo, tahun 2008 silam.