Angka Stunting di Pekanbaru Turun Jadi 11,4 Persen

Penyebab-dan-Kerangka-Stunting-di-Indonesia.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Prevalensi maupun angka stunting atau terlambat tumbuh di Kota Pekanbaru masih berada di angka 11,4 persen. Kondisi ini terus mengalami penurunan sejak 2019 silam.

Kala itu prevalensi stunting Kota Pekanbaru sempat mencapai 18,58 persen. Sedangkan target untuk 2024 prevalensi stunting mencapai 14 persen.

Upaya untuk menurunkan stunting yakni merubah pola asuh dan pola makan anak. Akses sanitasi bagi anak serta faktor lingkungan juga mempengaruhi tumbuh kembang balita.

"Kami berupaya melalui program perubahan perilaku, agar orang tua bisa mengatur pola makan anak lebih bergizi," ujar Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) Kota Pekanbaru, Muhammad Amin, Senin, 30 Januari 2023.

Menurutnya, anak-anak harus mendapat gizi seimbang setiap melahap makanannya. Makanan yang ada di piring tentu harus lengkap karbohidrat, protein hingga vitamin.

Anak-anak yang sehat dalam tumbuh kembang tentu menerima gizi seimbang. Adanya asupan gizi seimbang tentu dapat mencegah anak dari ancaman stunting.


Upaya ini tentu dilakukan sejak awal yakni dari orangtua masih menjadi calon pengantin. Ada pendampingan khusus terhadap calon pengantin lewat aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (Elsimil). 

Pendampingan lewat aplikasi Elsimil bertujuan sebagai edukasi tentang kesiapan menikah dan hamil. Mereka yang dinyatakan siap tentu mendapat sertifikat sehingga bisa melangsungkan pernikahan.

Para kader juga melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang sudah dilakukan sejak Juli 2022. Ia menyebut selama enam bulan ini sudah dijangkau puluhan ribu ibu dan balita dalam upaya mencegah stunting.

Amin mengatakan bahwa mayoritas penyebab stunting balita di Kota Pekanbaru karena faktor kesehatan. Sedangkan faktor lainnya karena lingkungan.

Pendampingan terhadap ibu hamil dilakukan sejak kehamilan usia lima bulan. Ia menyebut kader di lingkungan ibu hamil yang mendampingi hingga sang ibu melahirkan.

"Gizinya juga mendapat pendampingan dari berbagai pihak, terutama bagi ibu hamil yang ekonomi rendah," ungkapnya.