Fakta dan Keunikan Kepulauan Meranti, Daerah Penghasil Sagu Terbesar di Indonesia

Festival-Sungai-Bokor-Meranti.jpg
(Instagram @zilazulkifli via Liputan6.com)

RIAU ONLINE - Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, belakangan menjadi viral setelah sang bupati, Muhammad Adil, meradang terkait pembagian dana bagi hasil (DBH) migas di daerahnya. Kepulauan Meranti beribukota di Selatpanjang dengan luas wilayah 3.707,84 km persegi.

Nama Meranti diambil dari gabungan kata Pulau Merbau, Pulau Ransang dan Pulau Tebing Tinggi. Kini Kepulauan Meranti menaungi Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Rangsang, Pulau Topang, Pulau Manggung, Pulau Panjang, Pulau Jadi, Pulau Setahun, Pulau Tiga, Pulau Baru, Pulau Paning, Pulau Dedap, Pulau Berembang, Pulau Burung. Adapun nama Meranti merupakan gabungan nama dari Pulau Merbau, Pulau Rangsang, dan Pulau Tebing Tinggi.

Daerah kepulauan di Bumi Lancang Kuning ini sangat potensial sebagai gerbang lintas batas negara atau pintu gerbang internasional yang menghubungkan Riau daratan dengan negara tetangga melalui jalur laut. Hal ini menjadi pelengkap Kota Dumai yang lebih dulu ditetapkan dan berfungsi sebagai kota Pusat Kegiatan Strategis Negara atau beranda depan negara, pintu gerbang internasional, niaga dan industri.

Bukan itu saja, ada sejumlah hal menarik yang bisa ditemukan di Kepulauan Meranti, seperti dirangkum dari Liputan6.com, Selasa, 27 Desember 2022.

1. Penghasil sagu terbesar di Indonesia

Selain Papua dan Maluku, Kepulauan Meranti juga menjadi penghasil sagu terbesar di Indonesia. Bahkan Kepulauan Meranti menjadi salah satu Kawasan Pengembangan Ketahanan Pangan Nasional.

Sebagai salah satu Kawasan Pengembangan Ketahanan Pangan Nasional, Kepulauan Meranti menjadi penghasil sagu terbesar di Indonesia, selain Papua, dan Maluku. Luas area tanaman sagu di Kepulauan Meranti 44,657 hektare dan merupakan 2,98 persen luas tanaman sagu nasional.

Hampir 20 persen masyarakat Meranti menjadikan perkebunan sagu sebagai sumber penghasilan utama. Sagu dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, sudah banyak diolah untuk bahan pembuatan kuliner. Ada 300 jenis makanan berbeda sagu dari Meranti.

Kasi Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Meranti, Abdullah, mengatakan sagu sangat menarik dijadikan sebagai sumber inspiratif dalam berkarya. Tak hanya kuliner, kesenian juga sumber idenya dari sagu. Contohnya, Tari Mengayak Sagu bahkan ada lagu dan teater yang idenya dari cerita sagu.

2. Budidaya sarang burung walet

Budidaya sarang burung walet menjadi primadona bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, terutama di Kota Selatpanjang. Sejak 2000, hingga kini menjamur ratusan penangkapan burung walet. Hal tersebut karena pemintaan sarang burung walet sangat tinggi.

Dari sana, sarang burung walet diekspor ke Singapura dan Hong Kong. Di sana pula sarang burung walet berkualitas terbaik harganya bisa mencapai Rp 20 juta per kg, walaupun disinyalir pola perdagangannya melalui pasar gelap.


Umumnya, rumah penangkaran burung walet di Kota Selatpanjang dimiliki oleh masyarakat dengan kemampuan finansial mapan. Pasalnya, biaya untuk membangun satu rumah biasa (kayu) mencapai Rp 100 juta.

Pemeliharaan rumah walet tidak terlalu sulit kecuali pada saat awal. Mereka memasang perangkap suara buatan dan membuat sumber makanan walet dari nanas yang mulai membusuk.

3. Kelenteng Hoo Ann Kiong

Kelenteng Hoo Ann Kiong atau lebih dikenal sebagai Vihara Sejahtera Sakti menjadi kelenteng tertua di Selatpanjang, sekaligus yang tertua di Riau. Bangunan ini merupakan salah satu aset cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Para sejarawan memprediksi kelenteng yang didirikan pada masa kolonial Belanda dan diperkirakan pada awal 1800 ini sudah berusia lebih dari 150 tahun jika dilihat dari relief arsitektur bangunannya. Kelenteng ini sangat dikenal luas oleh masyarakat Selatpanjang maupun masyarakat luar Selatpanjang sebagai tempat ibadah utama bagi umat Konghuchu maupun umat Buddha.

Selain sebagai tempat ibadah dan ziarah, kelenteng juga merupakan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kelenteng ini terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

4. Seni Melayu Tari Zapin

Zapin adalah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Mulanya, Tari Zapin merupakan tarian hiburan di kalangan raja-raja di istana yang dibawa oleh para pedagang di awal abad ke-16. Tarian tradisional ini bersifat edukatif sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.

Musik pengiringnya terdiri dari dua alat musik, yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Tarian ini biasa dibawakan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Kesenian ini biasa dibawakan pada hari-hari tertentu yang dianggap penting oleh masyarakat.

5. Kuliner khas Kepulauan Meranti

Sebagai penghasil sagu terbesar di Tanah Air, Kepulauan Meranti jelas memiliki kuliner tradisional berbahan sagu, seperti Mi Sagu yang banyak dijumpai di Selatpanjang dan dikenal hingga ke luar negeri.

Mie sagu berwarna agak bening, bertekstur kenyal, dan ukurannya lebih besar dari mi pada umumnya. Mi sagu umumnya digoreng dengan taburan kucai, tauge, udang, dan ikan teri.

Kuliner lainnya, Rama-rama Lada Hitam. Rama-rama adalah sejenis lobster lumpur. Bentuknya seperti lobster, tetapi berukuran lebih kecil, dagingnya lembut, rasanya seperti daging kepiting, dan bergizi. Rama-rama Lada Hitam termasuk makanan lezat dan langka.

Ada juga Miso yang merupakan sejenis mi kuah. Miso terdiri dari mi kuning dan mi bihun yang telah direbus dan ditaburi tahu, daging ayam, bawang goreng, dan irisan seledri. Lalu, disiram kuah sup dengan aroma yang kental, harum, dan dipadukan kecap dan cabai rawit sehingga terasa asin dan pedas. Kuliner lainnya ada Sempolet, Kumpal Tumis, Sempolet, Lempeng Sagu, dan masih banyak lagi.

6. Festival Sungai Bokor

Desa Bokor terletak di Pulau Rangsang. Setiap tahunnya desa ini menggelar Festival Sungai Bokor. Festival Sungai Bokor ini dilakukan sebagai salah satu alternatif untuk melestarikan budaya warga Pulau Rangsang.

Lomba-lomba yang digelar pun tak kalah unik. Seperti berlari di atas tual sagu, yakni berlari di atas permukaan air yang dialasi dengan batang-batang sagu. Tak hanya permainan rakyat saja. Sejumlah kegiatan hiburan juga dilaksanakan, seperti lomba foto dan pertunjukan seni lainnya seperti musik dan banyak hiburan lainnya.