Melihat Koleksi Uang Kuno Nan Langka dari Zaman Penjajahan Belanda hingga Jepang

Uang-Kuno.jpg
(RAHMADI DWI/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU- Ratusan uang kuno itu tersusun rapi di dinding dengan sampul plastik yang melindunginya. Sesekali Sandi merapikan susunan uang-uang kuno nan langka miliknya yang dipajang di dinding dan etalase.

 

Sejak tahun 2009, Sandi Riawan telah mengumpulkan berbagai jenis uang kuno yang pernah berlaku di Indonesia, dari zaman penjajahan Belanda, Jepang, Agresi Militer Belanda, orde baru hingga reformasi.

 

Ribuan lembar uang kuno terlihat masih awet tanpa lipatan sedikitpun. Gambar Soekarno mendominasi uang kertas kuno koleksinya.

 

Berangkat dari hobi mengumpulkan uang kuno, Sandi akhirnya memutuskan membuka toko jual beli uang kuno di Jalan Puyuh, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru.

 

 

Sandi Riawan menunjukkan koleksi-koleksi uang kuno di tokonya/RAHMADI DWI/Riau Online

 

Sambil menunjukkan uang kuno dari zaman Republik Indonesia Serikat, pria 33 tahun ini tertarik dengan sejarah Indonesia yang tertuang dalam media alat tukar.

 

“Saya mulai tertarik koleksi uang lama ini tahun 2009, ketertarikan saya itu terhadap sejarah Indonesia yang banyak dituangkan di mata uang seperti mata uang Republik Indonesia Serikat, uang ini tercetak ketika negara kita dibentuk menjadi negara boneka,” jelasnya.


 

Sore itu, selepas salat ashar, Sandi asyik melihat-lihat katalog uang kuno koleksinya. Uang kuno bergambar dua orang penari dengan bahasa Belanda itu disebut Sandi adalah koleksinya yang paling langka yang pernah ia miliki.

 

“Kalau harga tergantung kelangkaan dan kondisi, untuk harga uang kuno ini dimulai dari Rp 2 ribu (uang Rp 100 bergambar kapal pinisi) dan rentang paling mahal itu ada uang 100 wayang atau seri penari. Ini super langka harganya sudah dua digit, sekitar Rp 60 juta hingga Rp 70 juta,” ungkap Sandi Riawan.

 

Uang-uang kuno ini didapatkan Sandi dari membeli sesama kolektor uang kuno dan mengikuti berbagai lelang uang kuno yang diadakan di media sosial.

 

 

 

Sandi Riawan menunjukkan koleksi-koleksi uang kuno di tokonya/RAHMADI DWI/Riau Online

 

“Saya mengikuti lelang-lelang yang ada di medsos, saya juga mendapatkannya secara hunting, kepada orangtua yang masih menyimpan uang lama,” terangnya.

 

Banyak pelanggan datang ke toko uang kuno miliknya untuk mencari uang terbitan tahun 1980-an dan 1990-an

 


“Untuk pelanggan biasanya datang dari sesama teman-teman kolektor, kedua datang dari orang awam yang datang untuk mengoleksi uang-uang tahun 1980 dan 1990 atau biasanya orang yang hendak menikah yang membutuhkan mahar dengan pecahan pecahan yang unik Rp 1 rupiah,” sebutnya.