Ada 41.416 Keluarga di Kuansing Masuk Kategori Beresiko Stunting

Penyebab-dan-Kerangka-Stunting-di-Indonesia.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, TELUK KUANTAN-Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kuansing sebanyak 41.416 keluarga masuk ketegori beresiko stunting.


Data tersebut bukan sudah pasti stunting, tapi hanya memiliki potensi resiko stunting. Salah satunya karena faktor kondisi ekonomi sehingga kebutuhan gizi tidak tercukupi.

"Stunting sendiri sejauh ini belum ada, tapi resiko tentu ada," ujar Muradi selaku Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kuansing kepada RIAUONLINE.CO.ID Minggu lalu.

Stunting sendiri merupakan suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi yang terjadi sejak bayi atau masih dalam kandungan baru akan nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Untuk mengantisipasi terjadinya stunting kata Muradi pihaknya sudah membentuk tim percepatan penanganan stunting (TPPS) mulai tingkat desa, Kecamatan hingga Kabupaten.

Dan untuk pembinaan lanjutnya pihaknya juga sudah membentuk TPK (tim pendamping keluarga). Dimana TPK ini terdiri dari mulai Bidan, Kader PKK, BKB dan kader Posyandu.

"Nanti mereka ini yang melakukan penyuluhan kepada masyarakat pentingnya pemenuhan gizi bagi keluarga terutama melakukan pelayanan kepada ibu hamil, ibu siap melahirkan hingga ibu menyusui. Sehingga kasus stunting bisa dicegah dari awal," katanya.

TPK juga memiliki tugas melakukan pembinaan terhadap calon pengantin. "Ketika ada calon pengantin yang daftar ke Kemenag, maka akan langsung dilakukan pembinaan oleh TPK," kata Muradi.

Pihaknya juga sudah melakukan MoU dengan Kemenag. Sehingga dari awal pemerintah sudah hadir untuk melakukan pencegahan terhadap stunting.

Apabila ada indikasi akan terjadinya stunting, maka kata Dia pasangan terutama calon ibu mulai dari mengandung sampai melahirkan akan didampingi dan diberikan makanan tambahan dan ini akan dibantu oleh pemerintah.



 

Sehingga bayi yang akan lahir dan tumbuh nanti menjadi sehat dan tidak akan mengalami stunting. "Jadi peran semua pihak untuk mengantisipasi stunting ini juga sangat dibutuhkan," katanya.

Pihaknya juga berharap desa ikut berperan untuk mengantisipasi dan melakukan pencegahan terhadap stunting."Maka kita juga harapkan anggaran dari Dana Desa (DD) bisa digunakan untuk penanganan ini," katanya.