Laporan Hendra Dedafta
RIAU ONLINE, SIAK-Secara umum Indonesia saat ini masih tertinggal dalam hal infrastruktur sanitasi. Selain itu, ditambah kesadaran masyarakat yang peduli sanitasi juga masih sangat rendah, Untuk mengatasinya perlu melibatkan semua pihak. selasa 11 Oktober 2022.
Perubahan pola hidup sehat dilakukan sejak dini melalui sosialisasi dan kampanye khususnya kepada anak-anak sekolah sebagi agen perubahan, Selain itu pemerintah daerah juga mendukung melalui kebijakan yang pro sanitasi.
Untuk kabupaten Siak berdasarkan data Dinas kesehatan tahun 2021 ada 1.226 kepala keluarga yang berprilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Di tahun 2022 terjadi penurunan angka BABS sebesar 1.050. Artinya baru 176 kepala keluarga yang baru tersentuh. Hal tersebut diungkapkan oleh Fungsional Sanitarian Ahli Muda Sub Koodinator Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan Kabupaten Siak, Muhamad Syarippudin.
Ia menambahkan dari data perbulan Agustus 2022, baru 80 kampung masyarakat kabupaten Siak yang bebas stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), “Artinya dari data di atas baru 6 persen masyarakat kita sadar akan sanitasi yang sehat,”ujar Syarippudin.
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan 24 persen penyebab kematian, salah satunya akibat buruknya sanitasi, namun dapat dicegah melalui modifikasi lingkungan, salah satunya kembalikan sanitasi.
“Kami bersama Dinas PUPR Siak berjuang keras bagaimana Siak ini bisa terbebas dari stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Termasuk bantuan Infrastruktur jamban sehat salurkan dari BAZNAS Siak juga disalurkan,” ucapnya.
Ia menyebutkan melalui kegiatan di Dinas Kesehatan tahun 2020 sudah melakukan sosialisasi PHBS di setiap kecamatan, namun angka kesadaran mayarakat terhadap sanitasi dengan memiliki jamban sehat hanya sedikit.
“Sanitasi yang jelek salah satu penyebab terjadinya stunting, ini masalah dan Pekerjaan Rumah bagi kita semua, Jika ini tidak kita tangani maka akan ada 1050 orang berpotensi menjadi stunting baru. Kita menyelesaikan stunting selesaikan dulu masalah di hulunya, ya itu sanitasi jamban sehat, kemudian baru bereskan terasnya,” paparnya.
Dibutuhkan kolaborasi bersama dalam mengatasi sanitasi, karena sanitasi yang aman merupakan investasi masa depan.
Saat ini 17 persen masyarakat memanfaatkan air isi ulang, jika air ini sudah tidak sehat, Perlu kepedulian bersama untuk mengembangkan masa depan air dan penggunaan energi melalui penanganan sanitasi yang baik.
Untuk diketahui 53 persen penduduk kabupaten Siak berdomisili di pinggir air atau pinggir Daerah Aliran Sungai (DAS) ini jadi masalah, bagaiman kita mengadopsi teknologi tepat guna supaya bisa kita bagun secara komunal.
”Coba kita bayangkan jika air sungai yang menjadi sumber kehidupan kita tercemar akibat BAB sembarangan, bisa dipastikan lingkungan tercemar sehingga menyebabkan masalah dan wabah penyakit,” tutupnya.