LAPORAN: TIKA AYU
RIAUONLINE, PEKANBARU - Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Provinsi Riau, mengkhawatirkan tren kasus aktif Covid-19 merebak di kalangan anak usia sekolah baik SD, SMP maupun SMK.
"Minggu terakhir ternyata banyak sekali kasus didominasi oleh umur di bawah 18 tahun, pada anak usia sekolah. Karena kita tahu saat ini ada kegiatan pembelajaran tatap muka itu," ujar Sekretaris PDPI Provinsi Riau, Indra Yovie dalam konferensi pers di Balai Daerah, Jalan Jendaral Sudirman, Senin, 1 Agustus 2022.
Menurut Yovi, peningkatan kasus dalam satu minggu terakhir terutama anak-anak sekolah, menjadi pengingat baik pemerintah dan kepala sekolah untuk memastikan diterapkannya protokol kesehatan (Proses) di lingkungan setempat dengan baik.
"Jangan karena sempat kasus konfirmasi menurun, justru membuat berbagai pihak abai," katanya.
Mantan Juru Bicara (Jubir) Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Riau itu menyinggung berbagai pihak mulai dari sekolah hingga orang tua murid, agar kooperatif dan sensitif soal keluhan-keluhan anak yang punya gejala Covid-19 seperti demam, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Karena hal tersebut saat erat dengan potensi penularan Covid-19.
"Kami mengharapkan kepatuhan kejujuran dari para orang tua dan anak-anak kita, kalau ada keluhan kasih tahu agar tidak melakukan kegiatan belajar dulu, juga SKB 4 menteri itu masih berlaku sampai sekarang," tuturnya.
Yovi mengingatkan, pihak sekolah untuk tidak menyepelekan gejala-gejala Covid-19 pada anak, dalam artian jika ada gejala-gejala kecil siswa tetap diperintahkan ikut belajar tatap muka.
"Jangan sampai nanti ada sekolah yang mengatakan, Oh kalau sakit-sakit dikit harus masuk. Dilarang keras. Karena anak-anak ini akan menularkan ke teman-temannya," imbau dr Yovi.
Pasalnya, kata Yovi, ada temuan sekolah yang siswanya terpapar Covid-19 namun tidak dilakukan pemantauan dan tracking, maupun isolasi yang benar untuk siswa-siswa yang terkonfirmasi.