RIAUONLINE, PEKANBARU - Banyak yang menyangka garis darah Raja Siak, Sultan Syarif Kasim II hilang karena tak memiliki anak keturunan. Namun, ternyata hal itu tidaklah benar.
Kerajaan Siak dimulai pada 1723, sejak Raja Kecik datang dan mendirikan Kerajaan Siak. Hingga kini masih ada sebuah keluarga yang merupakan garis darah Raja Siak yang tinggal di Singapura. Keluarga itu bernama Long Poetih.
Dari catatan Kerajaan Siak, ada 3 anggota keluarga Long Poetih yang saat ini masih hidup. Mereka adalah Tengkoe Zawyah Dalay Sonita Long Poetih, Tengkoe Donald Tewfik Longpoetih, dan Tengkoe Jean Hashim Long Poetih.
Catatan ini menunjukkan keluarga Long Poetih berasal dari Tengkoe Long Poetih, anak kedua Sultan Syarif Kasim I dan merupakan adik dari Sultan Syarif Kasim II.
Raja Kecik memimpin Kerajaan Siak hingga tahun 1746. Ia punya putra bungsu bernama Tengku Buang Asmara, yang diberi gelar Sultan Muhammad Abdul Djalil Syah. Dia menggantikan Raja Kecik memimpin Kerajaan Siak sejak 1746 sampai 1765.
Tampuk kekuasaan terus berganti kepada anak-anak mereka, hingga lahirlah Tengku Ngah Sayed Hasim. Inilah Sultan Sjarif Hasyiem. Dia memimpin Kerajaan Siak sejak 1889 hingga 1908. Dia punya dua putra, pertama Tengku Putra Sayed Kasim yang dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II dan Tengkoe Long Poetih.
Tengku Putra Sayed Kasim diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya karena punya jenjang pendidikan tinggi. Dia bahkan sekolah hingga ke Eropa. Sedangkan adiknya, Tengkoe Long Poetih, diberi kekuasaan untuk memerintah Singapura yang pada saat itu daerah kekuasaan Siak Sri Indrapura sampai ke Singapura.
Di Singapura masih ada peninggalan Kerajaan Siak sampai sekarang. Di ujung Upper Wilkie Road, berdiri sebuah bangunan serba putih berdiri megah di pekarangan Emily Hill, melansir Berita Mediacorp.sg, Rabu, 22 Juni 2022.
Bangunan yang telah berdiri dari tahun 1890 itu merupakan peninggalan Istana Kesultanan Siak. Saat ini ditempati oleh sebuah kelompok seni di Singapura.
Menurut penggiat sejarah, Encik Sarafian Salleh, istana ini didiami oleh sultan ke-12 Kerajaan Siak, Sultan Syarif Kasim bersama istrinya.
Banyak yang belum mengetahui asal usul bangunan dua lantai tersebut. Encik Sarafian mengatakan, sejarah bangunan istana tersebut yang dirunut kembali ke zaman sebelum perang dunia kedua. Saat itu bangunan ini dihuni oleh seorang dokter gigi Jepang, Juikichi Ikeda bersama keluarganya dari tahun 1935 hingga 1939.
Setelah menggali arsip dan bertanya pada anggota keluarga kerajaan, Encik Sarafian menemukan bahwa Ikeda membeli tanah seluas 86.000 kaki persegi dari Sultan Syarif Kasim.
Setelah perang, pemilik gedung berubah beberapa kali. Misalnya pada 1969, bangunan ini diubah menjadi Rumah Asrama Putri Mount Emily dan pada 1980 bangunan ini digunakan sebagai pusat konseling dan rehabilitasi bagi mantan pengguna narkoba.
Bangunan itu merupakan satu-satunya peninggalan sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ada di Singapura. Saat ini bangunan tersebut menampung sebuah kelompok seni di Singapura.