Laporan: Dwi Fatimah
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Masa jabatan Walikota Firdaus-Ayat berakhir pada 22 Mei 2022. Periode 2011-2016 merupakan periode pertama kepemimpinan Firdaus Ayat yang dilantik pada Januari 2012 untuk selanjutnya periode kedua dilantik pada 22 Mei 2017.
Dua periode kepemimpinan Firdaus-Ayat membawa visi dan misi untuk membangun Kota Pekanbaru. Pembangunan yang telah dicapai selama 10 tahun tersebut dipaparkan Firdaus-Ayat selama konferensi pers di Aula Gedung Kantor Walikota Tenayan Raya, pada Jumat 25 Maret 2022 lalu.
Dalam pemaparannya, Firdaus menjelaskan bahwa dalam visi pertama Firdaus-Ayat menetapkan visi sebagai Pekanbaru Metropolitan Madani. Adapun pencapaian pembangunan yang saat ini yang telah dicapai adalah pesatnya pembangunan di Kota Pekanbaru. Dilihat dari jumlah penduduk yang dulu sekitar 800 ribu jiwa pada tahun 2012, kini berkembang menjadi 1,2 juta jiwa.
Pada periode ini, pasangan Walikota dan Wakil Walikota Firdaus-Ayat, berhasil mengantarkan Pekanbaru menjadi salah satu kota terkemuka di Indonesia, Pekanbaru bukan saja berkembang dalam batas administrasinya menjadi sebuah kota metropolitan, tapi juga mempengaruhi kawasan di sekitarnya untuk tumbuh menjadi kawasan perkotaan yang disebut Metropolitan Pekansikawan, yaitu kawasan yang meliputi wilayah Pekanbaru, Siak, Kampar dan Pelalawan.
Keberhasilan Firdaus-Ayat, dalam membangun Kota Pekanbaru pada periode pertama, membuat pasangan ini kembali dipercaya masyarakat memimpin Pekanbaru pada periode (2017-2022).
Visi yang diusung dalam periode kedua ini adalah terwujudnya Pekanbaru Smart City Madani. Visi ini melanjutkan visi sebelumnya, yaitu Metropolitan Madani. Visi Kota Metropolitan dilanjutkan dengan smart city atau kota cerdas, sedangkan visi Madani Tetap, karena visi ini dinilai masih relevan dan harus berkelanjutan, butuh waktu yang lebih panjang untuk mewujudkan masyarakat madani.
Selain kesuksesan Firdaus-Ayat membangun Pekanbaru selama 10 tahun menjabat, di era kepemimpinannya tak luput pula dari banyaknya permasalahan di Kota Pekanbaru yang dianggap gagal diselesaikan. Mulai dari permasalahan pengolahan sampah yang dianggap tidak bisa dikelola dengan baik, hingga permasalahan banjir yang tak kunjung usai.
Persoalan lain terkait transportasi publik di Pekanbaru juga dinilai buruk. Sebab belum semua daerah perluasan di Pekanbaru ada transportasi umum.
Permasalahan lain adalah pemulihan sungai di Pekanbaru. Hal ini dinilai juga tidak maksimal serta soal perencanaan perumahan, pertanian, industri sampai persoalan banjir di tengah kota.
Bahkan semenjak Firdaus menjabat sebagai Walikota Pekanbaru, jalanan protokol ikut terendam saat hujan deras. Selama memimpin, banjir dan sampah menjadi catatan buruk yang menyebabkan beberapa kali Kota Pekanbaru kehilangan Piala Adipura.
Selain itu, proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) juga dianggap tidak maksimal, sebab proyek ini dianggap lamban dalam proses penyelesaiannya. Dampak proyek IPAL ini pun beragam mulai dari pedagang yang mengeluhkan penurunan omset karena tempat usaha mereka terhalang seng proyek. Kemudian, kondisi jalan rusak di sekitaran proyek IPAL dan sangat membahayakan pengguna jalan.