RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pendaftaran Calon Rektor Universitas Riau (UNRI) periode 2022-2026 akan dibuka pada 18-31 Mei 2022. Beberapa nama mulai bermunculan sebagai kandidat Calon Rektor Unri.
Salah satunya ialah Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unri, Sri Indarti. Wanita berkacamata itu yakin akan maju sebagai Calon Rektor Unri.
Keyakinannya tak serta merta datang begitu saja, melainkan karena dukungan dari berbagai kolega hingga anggota Senat FEB Unri.
"Saya sudah menyampaikan bahwa saya akan maju. Beberapa Dekan dari berbagai fakultas di Unri juga mendukung. Itulah yang mendorong saya maju. Artinya kan itu amanah, ketika saya diminta maju ya saya harus merespon itu," katanya saat ditemui RIAUONLINE.CO.ID di Ruang Dekan FEB Unri, Jumat, 13 Mei 2022.
Ia mengaku tak hanya kali ini saja ditawari dan disarankan maju sebagai Calon Rektor UNRI. Sri sempat menerima tawaran yang sama satu dua kali, namin dirinya belum sepenuhnya yakin.
"Dukungan sekarang ini cukup signifikan akhirnya membuat saya memberanikan diri. Seperti ada tanggung jawab moral untuk memajukan UNRI," terangnya.
Lebih jauh, wanita yang sudah menjabat sebagai Dekan FEB Unri selama dua periode itu menjelaskan tujuannya secara umum yakni melanjutkan apa yang dianggap sudah benar di Unri.
"Kemudian rektor lama juga punya rencana menjadikan Unri sebagai PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) artinya otonom yang ditargetkan pada 2025. Nah ini sebuah pekerjaan besar, karena harus punya pemasukan yang besar," tutur Sri.
Sri menuturkan agar bisa melanjutkan tujuan itu dan tercapai di 2025, Unri membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Karena menurutnya tak bisa hanya berharap dari pemasukan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
"Mungkin selama ini dominan pemasukan di UKT. Adanya kolaborasi dari berbagai pihak ini memungkinkan kita mendapatkan pemasukan dari berbagai pihak. Entah dari rumah sakit, bisnis, pemerintah, macam-macam," ujar wanita yang mengenakan kerudung berwarna biru tua itu.
Kemudian Sri merujuk pada Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kemendikbud, di mana salah satunya mengadakan Program Studi (Prodi) bertaraf internasional.
"Hari ini kan belum ada. Jadi kita usahakan bagaimana ini diprogramkan karena banyak Prodi yang sudah mampu, berdasarkan sertifikatnya yang sudah internasional dan itu diakui pemerintah. Jadi ini memang benar-benar dioptimalkan, karena kita punya SDM yang bagus-bagus," jelas Sri.
Sebab itu, Sri menekankan pentingnya kolaborasi dan kontribusi dalam menunjang program pemerintah yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
"MBKM ini perlu didukung karena misalnya dulu mahasiswa hanya berada di satu Prodi, sekarang misalnya mahasiswa ekonomi tapi punya ketertarikan jadi wartawan dia bisa kuliah di Fisip. Bisa mengambil beberapa semester di Fisip. Kemudian untuk mengembangkan potensi bisa magang di dalam dan luar negeri," terangnya.
Untuk melancarkan semua proses itu, menurut Sri, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak.
"Kalau tak punya kolaborasi dengan orang lain dan pihak luar, bagaimana mau memagangkan mahasiswa, dan lainnya," katanya.
Sri bertekad menyelaraskan potensi Unri yang ada, seperti mahasiswa yang berjumlah 35 ribu dan dosen berjumlah 1.090 di mana sekitar 40 persen bergelar doktor.
"Kalau yang ingin saya adopsi dari FEB ini ke tingkat universitas misalnya di sini sudah ada kelas Bahasa Inggris. Mungkin di beberapa fakultas belum ada. Itu cikal bakal yang akan kita jadikan sebagai mahasiswa internasional. Kemudian FEB sudah ada program D3 sampai S3 di Manajemen. Ini harus kita kembangkan di seluruh fakultas," tegasnya.
Diketahui, pada Januari 2023 mendatang masa jabatannya sebagai Dekan FEB Unri akan berkahir, yakni selama dua periode. Sebab itu, Sri yakin dirinya bisa menang dalam kontestasi pemilihan Rektor Unri.
"Tapi menang kalah itu tak jadi persoalan melainkan bagaimana kolaborasi itu berjalan. Mengatur 5 ribu mahasiswa di FEB dengan 35 ribu mahasiswa di seluruh Unri pasti berbeda, begitu juga dosennya. Tapi saya yakin tadi dengan adanya kolaborasi Unri bisa maju bersama-sama," jelasnya.
"Saya berharap kontestasi ini berakhir dengan keadaan baik-baik saja, soft landing. Selesai dengan baik. Mari berkompetisi dengan baik," pungkas Sri.