Pengamat: Monopoli Produsen Sebabkan Minyak Goreng Langka

Minyak-goreng19.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengamat Ekonomi dari Universitas Riau (Unri), Edyanus Herman Halim, menanggapi kelangkaan minyak goreng di Riau.

Bagi Edyanus, fenomena kelangkaan minyak goreng di Riau sangat miris mengingat ada luasnya lahan kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng.

"Ini jadi begini karena yang menguasai produsen minyak goreng hanya satu dua perusahaan. Jadi dimonopoli ini. Pemerintah pun tak berdaya, karena lemah menghadapi konglomerat," katanya saat dihubungi riauonline.co.id, Senin, 14 Maret 2022.

Kalau begini, terangnya, dalam jangka pendek pun tak ada yang dapat dilakukan bahkan banyak kelapa sawit di Riau, namun yang mengelola hanya pihak tertentu.

"Makanya jadi langka, dan bahan baku jadi mahal. Belum lagi pemerintah kan tak punya pabrik makanya tak bisa dinetralisir," jelas Edyanus.

"Jadi perlu dipertanyakan itu kenapa pemerintah tak tahu melawan konglomerat," terangnya.

Belum lagi, kata Edyanus, anehnya ada orang-orang yang bisa melakukan bagi-bagi minyak goreng.


"Ada partai, aparat penegak hukum. Ini kan paradoks. Kenapa solusinya malah beramal seperti ini. Solusi pemerintah tak komprehensif secara parsial saja," jelasnya.

Kelangkaan minyak goreng di Riau dapat mempengaruhi bidang ekonomi bagi para penjual yang biasa menggunakan minyak goreng.

"Makanya masyarakat harusnya melawan bersama, harusnya begitu. Cari alternatif dan akan menghentikan permintaan minyak goreng. Sehingga biar tahu rasa juga para produsen," sarannya.

Ia menyarankan adanya gerakan bersama oleh masyarakat dan LSM tanpa menggunakan minyak goreng.

"Jangan terprovokasi, silakan lewat sikap protes. Pakai rebus-rebus saja. Harus ada gerakan masyarakat sipil, sepanjang yang bisa kita lakukan," ujar Edyanus.

Ia juga meminta Pemprov Riau mendorong perusahaan daerah memproduksi minyak goreng. Lanjutnya, jangan hanya dikekang oleh salah satu konglomerat.

"Di Riau kan sekarang cuma dua pabrik minyak goreng. PTPN V ada di Riau dan lahannya luas, harusnya bisa memproduksi sendiri. Kemudian Bumdes bisa buat pabrik minyak goreng mini. Ada jalan keluar sebenarnya kalau mau," tutupnya.