Ribuan Vaksin di Riau Bakal Kadaluwarsa, Begini Kata Epidemiolog

Vaksinasi18.jpg
(RAHMADI DWI/Riau Online)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ketua Himpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (HAEI) Riau, Wildan Asfan Hasibuan, menanggapi adanya sekitar 30.516 vaksin di Riau akan kedaluwarsa.

Wildan mengatakan vaksin yang akan kedaluwarsa dari 11 hingga 28 Maret 2022 itu kebanyakan berjenis Astra Zeneca.

"Vaksin itu juga sifatnya hibah. Itu bantuan dari negara-negara yang tergabung dalam WHO. Jadi memang datangnya sudah dekat dengan masa kedaluwarsanya. Namanya kan hibah bukan beli," jelasnya kepada riauonline.co.id, Senin, 7 Maret 2022.

Menurutnya, hal itu menjadi persoalan, karena vaksin hibah berbeda dengan vaksin pengadaan sendiri. Lanjutnya, jika pemerintah mengadakan vaksin sendiri, bisa ditentukan dan diukur masa kedaluwarsanya.

"Distribusinya kan lama, dari pusat ke Pekanbaru, terus ke daerah," singkatnya.

Sebab itu, ia mengatakan Pemprov Riau sebenarnya sedang berupaya menggunakan vaksin yang akan kedaluwarsa tersebut, untuk didahulukan penggunaannya.


"Supaya tidak dibuang, kan sayang."

"Kalau nanti sudah kedaluwarsa itu ya kebijakan Kemenkes lagi mau diapakan, disuruh buang atau apa, itu kan ada surat resminya nanti," terangnya.

Wildan menyampaikan vaksin tersebut tidak bisa digunakan bagi pelajar. Kebijakan pemerintah hanya boleh menggunakan vaksin jenis Sinovac untuk usia 6-11 tahun.

"Nah, kalau untuk lansia bisa, cuma mencarinya ini yang susah. Karena lansia butuh transportasi. Sejauh ini kegiatannya dari rumah ke rumah dan itu butuh waktu lama," jelas Wildan.

Berangkat dari persoalan itu, Wildan meminta pemerintah mengelola data masyarakat dengan benar, khusunya Disdukcapil. Kemudian, keterlibatan RT/RW juga menjadi penting menggapai lansia untuk divaksin.

"Data dari Disdukcapil ini bermasalah karena warga kadang-kadang KTP-nya tak sama dengan alamat sekarang. Misalnya orang yang mengontrak rumah, belum lagi misalnya di Kubang itu KTP Kampar tapi aksesnya lebih ke Pekanbaru," tuturnya

"Lali RT/RW ini, mereka yang lebih paham siapa saja yang lansia di rumah-rumah itu. Orang puskesmas mau turun lakukan vaksinasi tapi tak tahu siapa saja lansia di rumah yang mana saja, kan repot. Makanya harus didampingi juga kan oleh RT/RW," tutup Wildan.