Pamula Trisna Suri, Guru Inspiratif, Pelancong dan Pendiri Rumah Literasi

Pamula-Trisna-Suri.jpg
(Haslinda/Riau Online)

Laporan Haslinda

RIAUONLINE, PEKANBARU-Dua tahun sudah Pamula Trisna Suri mengajar di SMP Negeri 4 Pekanbaru. Baginya, menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Seorang guru harus mampu memahami kecerdasaan dan potensi yang dimiliki masing-masing anak.

Dengan gaya bicara yang lugas, Pamula bersemangat menceritakan pengalamannya.

"Selain guru di sekolah, aku juga seorang pengajar praktik bagi calon guru penggerak. Calon guru penggerak ini punya visi dari filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa setiap anak punya keterampilan khusus dan punya bakat tersendiri. Jadi anak itu lain-lain. Ada anak yang pintar olahraga, tapi kita tidak bisa memaksa anak pintar kimia," ujar ibu satu anak ini.

Pamula mengungkapkan calon guru penggerak memiliki slogan "Merdeka Belajar" dengan tujuan berpusat kepada anak. Maksudnya setiap anak diberikan pilihan belajar apa saja sesuai dengan potensinya. Dalam calon guru penggerak inilah Pamula berupaya mendampingi guru sampai ke tahap pemikiran demikian.

"Itu yang mau diarahkan di pendidikan di Indonesia ini. Guru juga harus punya tanggung jawab. Tantangannya di situ. Di Indonesia ini banyak orang tua yang masih memikirkan nilai anak dan kecewa ketika anak tak mendapat peringkat," ujarnya.

 


Sebelum menginjakkan kaki sebagai guru di tanah Riau, Pamula ternyata lebih dulu memiliki pengalaman mengajar di Sumbawa Nusa Tenggar Barat selama 5 tahun.

Di sanalah ia memulai karir menulis novel. Menurutnya seorang guru tidak mesti harus pandai mengajar di sekolah tapi juga harus punya inovasi.

Maka dari itu, Pamula berharap tulisannya ini mampu menginspirasi guru-guru lain untuk mau menulis.


"Aku punya pengalaman mengajar di Sumbawa selama 5 tahun. Di sanalah aku memulai bikin buku, walau fiksi. Ada sebuah pesta orang Sumbawa setiap tahunnya, namanya Festival Moyo. Salah satunya diadakanlah lari 10 K. Aku sebagai guru olahraga yang melatih siswaku dan hasilnya di luar ekspektasi. Meski buku ini hanya novel tapi ada nilai pelajaran di dalamnya. Aku juga berharap buku ini bisa menjadi semangat untuk guru-guru lainnya agar mau menulis," tutur Pamula.

Selain menjalani profesinya sebagai pengajar di sekolah, Pamula juga aktif di berbagai kegiataan. Pamula merupakan pendiri Komunitas Rumah Baca Teratak Literasi dan Sekretaris di Forum Lingkar Pena Wilayah Riau.

"Teratak Literasi itu dulu namanya Rumah Baca Nugroho di Rokan Hulu, berdiri tahun 2018. Terus kami pindah ke Pekanbaru tahun 2019, Teratak Literasi dibuka. Ke duanya sempat berjalan bersamaan. Namun karena kami sudah menetap di Pekanbaru jadi Rumah Baca Nugroho dihapuskan karena tidak ada yang mengelola dan kami fokus dengan Teratak Literasi," ujar Pamula menguraikan.


"Sekarang Teratak Literasi berada di Jalan Pertanian dan sedang proses perbaikan. Di rumah baca ini kami fokus untuk gerakan sastra dan budaya. Kami juga mengadakan bedah buku," tambah Pamula.

Hampir 12 tahun sudah Pamula menjadi seorang guru. 5 tahun pertamanya di Sumbawa yang penuh pengalaman membawanya pulang meniti karir di di Rokan Hulu selama 5 tahun pula.

 

Sekarang, Pamula fokus menjadi tenaga pendidik di SMP Negeri 4 Pekanbaru. Meski harus berbagi waktu dengan pekerjaanya sebagai guru tapi Pamula masih bisa menjalankan tugasnya di kegiatan lain.

Katanya, Pamula hanyalah seorang guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) yang dianggap hanya bisa mengajar praktik di lapangan, tapi tekadnya yang kuat membuktikan kemampuannya.

Di akhir kalimat, Pamula mengungkapkan intinya di hari guru, marilah kita sama-sama refleksikan diri agar menjadi guru yg lebih berpusat pada siswa. Tak lupa selalu berkreasi dan berinovasi dalam proses pembelajaran agar siswa senang.