Terdampak PPKM, Nenek Penjual Bendera Tunggu Pembeli Sambil Berzikir

penjualan-bendara-sepi.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Yusnizar duduk di lapak miliknya dekat trotoar Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru. Sambil menanti pembeli, ia membaca buku kecil yang berisikan bacaan zikir.

Jalan Sudirman Kota Pekanbaru tidak ramai seperti biasanya. Jarang pengendara yang lewat karena ada pembatasan mobilitas dalam perpanjangan PPKM level 4 tahap 3. Perpanjangan bakal berlangsung hingga 23 Agustus 2021 mendatang.

Pembatasan di sejumlah akses jalan lingkungan ke arah Sudirman juga ditutup. Sudah tiga jam wanita 65 tahun itu duduk menanti pembeli yang mampir. Ia ingin mencari peruntungan sebagai penjual bendera jelang momen perayaan HUT RI ke-76 2021.

Yusnizar menyebut PPKM sangat berdampak bagi penjualan. Tidak banyak yang mampir membeli bendera seperti dua tahun sebelumnya. Ia menyebut, sejak buka tanggal 1 Agustus pendapatannya belum seberapa.

"Dari tadi buka jam 08.00 pagi, baru laku satu bendera. Selama corona ini sudah lebih setahun merosot pemasukan. Sebelum pandemi bisa laku bendera hingga sejuta lebih," terangnya, kepada riauonline.co.id.

Yusnizar menyebut, bendera ini buatan orang lain. Ia hanya mendapatkan uang dari untung menjual bendera. Berbagai jenis bendera merah putih dan umbul-umbul dijualnya. Ukuran dan harganya juga beragam.



Ia mengaku tidak tahu bahwa peringatan HUT RI kali ini tanpa perayaan meriah lantaran masih pandemi Covid-19. Namun ia tetap menjual bendera karena terdesak kebutuhan sehari-hari.

Wanita paruh baya itu harus membantu mencari uang tambahan karena sudah lama berpisah dengan sang suami. Kini ia tinggal bersama anak perempuan yang juga sudah tidak punya suami. Ada tiga cucunya yang harus disekolahkan.

"Pemasukan selama PPKM juga merosot. Pernah tidak laku terjual sama sekali. Kata bos yang punya bendera, jual harga modal saja dari pada tidak laku," katanya.

Ia menjadi penjual bendera musiman setiap tahun. Yusnizar sehari-harinya menjual pakaian bekas di pasar kaget atau pasar pusat. Pendapatan pas-pasan untuk makan dan sehari-hari.

Ia sebelumnya juga pernah menjual buah pepaya di tepi jalan. Namun gerobak berdagangnya terpaksa ia jual untuk tambahan membayar kontrakan rumah.

"Untuk tambahan bayar rumah, pandemi ini pemasukan susah. Jual pepaya kemarin juga tidak bisa diandalkan," ujarnya.

Meski begitu, ia selalu bersyukur dan berdoa semoga keadaan menjadi lebih baik. Meskipun tidak ramai, Yusnizar tetap berjualan hingga pukul 17.30 WIB. Posisi lapaknya l tepat di seberang Kantor RRI Pekanbaru.

Guratan keriput di wajahnya tak membuat ia berhenti bekerja meski di masa senja. Sambil terus membaca buku bacaan zikir, Yusnizar setia menanti para pembeli yang mampir.

Masyarakat Kota Pekanbaru belum bisa menggelar peringatan HUT RI atau tujuh belasan secara meriah. Pemerintah kota tidak memberi izin kegiatan perayaan HUT dalam bentuk ajang olahraga, pertunjukan seni budaya hingga permainan rakyat.

Wali Kota Pekanbaru, Firdaus menyebut bahwa ajang ini berpotensi menimbulkan kerumunan sehingga ditiadakan tahun ini. Apalagi kondisi pandemi Covid-19 yang tinggi melanda di Kota Pekanbaru.

Firdaus mengingatkan para camat dan lurah untuk mengawasi aktivitas masyarakat. Mereka harus mencegah digelarnya kegiatan yang memicu munculnya keramaian.

"Jadi bagi yang hendak menggelar kegiatan berpotensi keramaian, tidak kita perbolehkan, apa pun bentuknya. Termasuk dalam perayaan HUT RI nanti," ujarnya.