Cerita Penjual Pece Lele Yang terimbas PPKM di Pekanbaru

penyekatan-level-4.jpg
(RAHMADI/ RIAUONLINE)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Lilis harus beraktivitas lebih awal dari biasanya. Penerapan PPKM level 4 membuat warung makan miliknya tidak punya banyak waktu buka hingga malam hari.

Pemilik warung makan pecel lele ini mesti mempersiapkan perlengkapan sebelum ia berjualan. Mulai dari belanja bahan, mengoreng ayam dan lele, meracik bumbu hingga buka warung.

Kepada riauonline.co.id, Lilis bercerita. Ia dan suami biasanya membuka warung makan pecel lele mulai sore pukul 17.00 WIB. Namun, kini mereka harus mempercepat buka dari pukul 15.00.

"Kalau sudah jam 8 malam gak bisa lagi makan di tempat, harus kami bungkus. Kalau nggak ya kena razia nanti," ujarnya.

Menurutnya, waktu paling ramai di warung makannya saat malam hari. Para pelanggan kerap makan di tempat. Ia mengaku, pendapatan cukup banyak jika malam hari. Namun kini ia mesti memutar otak agar pendapatan tidak terganggu.


"Tapi sekarang ya serba dibatasi. Tempat duduk juga dibatasi. Jadi bisa dibilang merosot juga pemasukannya," kata Lilis.

Ia berharap pemerintah bisa lebih bijak membuat peraturan. Apalagi sektor perekonomian masyarakat juga harusnya menjadi perhatian.

"Kalau PPKM diperpanjang, waduh gak tau lagi. Emang udah harus mempertahankan usaha bagaimana. Harapannya semoga PPKM ini udahan aja. Gak usah diperpanjang lagi, karena buat yang usaha ini makin sulit pemasukannya," imbuhnya.

Lilis menuturkan, warung makan miliknya menjadi satu-satunya mata pencarian. Ia membuka warung pecel lele di Jalan K.H Ahmad Dahlan. Mereka membuka warung mulai sore hingga malam hari.

"Sebenarnya ya gak pengen PPKM diperpanjang, apalagi usaha-usaha tempat makan seperti kita ini. Kalaupun diperpanjang, kami tidak mengharapkan bantuan. Tapi ya, tolonglah pengertiannya. Jangan sampai jam 8 malam sudah dibubarkan warung kami. Beri kelonggaran mungkin bisa sampai jam 10 malam bisa makan di tempat," harapnya.

Tidak mudah baginya untuk bisa bertahan dalam kondisi serba terbatas. Apalagi mesti terburu-buru membuka dan menutup warung makan.

"Kadang petugas datang juga meja kursi diangkut. Kayak saudara kami itu. Jadi takut dan serba salah. Jam 8 baru mulai bungkus pesanan dan jam 10 udh harus beres-beres meja kursi. Biar kami gak kalang kabut pas ada razia," ucapnya.