RIAUONLINE, PEKANBARU - Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Riau Maamun Murod mengatakan Jernang merupakan komoditas unggulan lokal bagi petani di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Ia bahkan sudah berkomunikasi dengan Dirjen Perdagangan untuk dapat memfasilitasi pengembangan kedepannya terhadap petani Jernang di Riau.
"Jernang salah satu komoditas unggulan lokal, terutamanya dari Kuansing yang memiliki nilai yang luar biasa, nilai jualnya sangat tinggi banget. Satu kilo kemarin bisa sampai 4,8 juta. Satu kilo bayangkan, nah ini kan merupakan daya tarik tersendiri, begitu lo," tegas Murod, Kamis, 18 Februari 2021, kepada RiauOnline saat dijumpai di Kantor Dinas LHK Riau.
Menurutnya kedepan Pemerintah Provinsi akan mengembangkan Jernang ini ke wilayah-wilayah yang cocok.
"Nah kenapa kedepannya itu, di wilayah-wilayah yang cocok tentunya, kenapa kita tidak mengembangkan ini. Paling tidak kita akan dorong di Kuansing itu jangan sampai nanti mereka sudah panen menjualnya susah," ungkapnya, dengan bersemangat.
Murod melanjutkan bahwa nantinya ia ingin memfasilitasi itu. "Saya sudah bicara dengan salah satu Dirjen Perdagangan, mereka juga tertarik dan ingin memfasilitasi kita, bahkan mau melakukan zoom meeting terkait dengan jernang ini," tuturnya
"Ya, jadi intinya bahwa kita sangat mendukung masyarakat Kuansing untuk mengembangkan jernang," pungkasnya.
Petani Jernang Kerap Ditipu oleh Tengkulak
Produk resin jernang diketahui memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Namun, akses informasi yang didapat para pencari dan petani jernang justru seringkali minim sehingga dapat dengan mudah ditipu oleh tengkulak.
Kasus penipuan harga jernang acap menimpa petani jernang. Salah satunya dialami Ketua KTH Bukik Ijau, Hendriyanto menuturkan bahwa ia pernah mengalami penipuan sekitar tahun 2016 lalu.
Hendri menuturkan, Tengkulak yang datang ke rumahnya mengatakan bahwa harga resin jernang sudah turun 3,8 juta rupiah per kilogram.
Dia yang curiga, kemudian memilih menjual resin jernangnya ke Dharmasraya, yang ternyata masih membeli resin jernang miliknya seharga 4,8 juta rupiah.
"Kok harganya murah sekali saya bilang, saya bawa lah ke Dharmasraya. Ternyata harga masih sama seperti terakhir kali saya jual," terang Hendri, Selasa 26 Januari 2021.
Sementara itu, Sunarto dimana harga tertinggi penjualan resin jernang miliknya hanya sampai 1.5 juta. Ketika ditanya apakah tidak merasa curiga harga jernang yang dia jual rendah sekali, dia hanya memasrahkan diri.
"Ya gak taulah harganya (yang sebenarnya) berapa. Entah nipu ntah ndak orang tu. Biar ajalah," ucapnya lirih.
Kelompok Tani Harus Membentuk Gapoktan
Melihat situasi ini, Kepala Badan Khusus Urusan Prosedur Tatalaksana Organisasi dan Penggalangan Dana Organisasi Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR), Fadil Nandila mendorong Kelompok Tani Hutan (KTH) yang ada di sekitar Hutan Lindung Bukit Betabuh untuk membentuk asosiasi.
Menurutnya, keberadaan asosiasi KTH ini penting bagi kesejahteraan petani hutan itu sendiri. Selain untuk memastikan petani hutan tidak ditipu tengkulak, keberadaan asosiasi penting bagi keberlanjutan pertanian di dalam hutan ini.
"Kelompok-kelompok Tani Hutan yang ada (di desa Air Buluh) harus membentuk GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani Hutan)," ujarnya.