Mengenal Bonsai Wacang, Si Cantik dari Bantan Bengkalis

bonsai-wacang.jpg
(andrias)

RIAU ONLINE, BENGKALIS - Pecinta pohon mini atau dikenal pohon bonsai banyak digandrungi pecinta bunga. Kerdil tetapi tampak tua dan kokoh serta bentuk yang unik jelas menunjukkan butuh keahlian dan seni untuk membentuknya.

Saat melihat bonsai tersebut, terlintas sang peracik orang kreatif dan memiliki keahlian sehingga bonsai kelihatan unik dan menarik bernilai seni tinggi.

Seperti dilakukan Yanto warga Desa Berancah, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis. Sebagai penghobi bunga bonsai, dia mengaku sangat hoby membosai Wacang.

Yanto menyebut, Bonsai Wacang adalah penyatuan dua jenis tanaman Wahong dan Sancang maka disebut Bonsai Wahong. Selain itu, tanaman ini bisa disatukan karena satu jenis.

Dijelaskan Yanto, tanaman Wahong memiliki karakter batang yang bagus, kelihatan sangat keras dan tua namun ada kekurangan dalam segi dau Wahong sangat susah dikecilkan dan percabanganya juga jarang.



Berbeda terbalik dengan sancang sangat susah mencari batang yang besar dan karakter batang juga kurang bagus namun memiliki pencabangan dan daun yang bagus dan bisa dikecilkan untuk dibonsai.

"Batang bakalan wahong namun daun pencabanganya menggunakan sancang," kata Yanto ditemui RIUAONLINE.CO.ID, Minggu 8 November 2020 di kediamanya.

Diakuinya, Batangan wahong laut ini dijumpainya ditepi laut pesisir pantai yang ada di Kecamatan Bantan dan sudah lama dipeliharanya.

"Saat tumbuh tunasnya, saya sambung dengan sancang. Untuk terbentuk seperti ini hampir dua tahun," tuturnya.

Yanto juga memberi trik dalam penyambungan wahong dengan sancang kepada pecinta bonsai. Di antaranya, menggunakan sambung tunas dan juga sambung batang pada wahong.

"Untuk sambung tunas, kita biarkan tunas wahong sedikit agak besar lalu sambungkan sancang. Sedangkan sambung batang menggunakan sancang yang sudah tumbuh lalu tempelkan ke batang wahong sesuai selera yang diinginkan," ujarnya.

Bonsai Wancang, dengan tinggi batang sekitar 30 Cm terlihat kokoh dan antik inipun pernah ditawari seharga Rp 1.500.000 hingga Rp 3.000.000 oleh pencinta bonsai dari Kota Dumai Hingga Kabupaten Rohil, namun ditolaknya.

"Enggaklah, hanya untuk koleksi dan pelihara sendiri saja. Sayang kalau dijual, karena proses membuatnya perlu dua tahun hingga menghasilkan bonsai ini," ungkapnya.

Pun demikian, Yanto yang sudah menggeluti hobynya ini hampir tiga tahun mengakui awal ketertarikanya terhadap bonsai sudah lama. Kemudian iapun belajar membonsai tanaman dengan cara otodidak.

"Dulu awalnya melihat lihat, lalu saya pun mencobanya hingga akhirnya lama lama ketagihan sampai sekarang," pungkasnya.