RIAU ONLINE, PEKANBARU- Banyaknya gelandangan dan pengemis (Gepeng) serta orang terlantar di Kota Pekanbaru membuat Dinas Sosial (Dinsos) kewalahan.
Pasalnya, instansi terkait tak hanya melakukan penertiban saja. Ada tahapan selanjutnya, seperti pembinaan dan pengawasan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).
Di luar itu, ada pula upaya Pemda melakukan penanganan, penjangkauan, pembinaan, reunifikasi, fasilitasi, rehabilitasi, bimbingan fisik, mental, spritual dan sosial hingga layanan data dan pengaduan.
Kepala Dinsos Kota Pekanbaru, Mahyuddin menyebut, tim kewalahan bila harus turun selama 24 jam. "Karena urusan sangat banyak. Mengurus satu orang terlantar butuh tenaga, waktu berhari-hari," jelasnya saat dihubungi Riau Online.
Dirinya memaparkan, ketika ada orang melapor ke Dinsos, tim akan mengkoordinasikan untuk kemudian diantar ke rumah sakit. Selanjutnya, dilakukan pencarian informasi.
"Saat pihak rumah sakit menelepon jika orang yang kami antar sudah sehat, kami cari keluarganya, atau yang bersedia menampung. Bisa dibayangkan ini hampir tiap hari," ungkapnya.
Mahyudin pernah megurusi orang terlantar pakai uang pribadi. Dirinya cerita, minggu lalu ada wanita terlantar di daerah Perawang.
Tim sudah menelusuri keluarga namun tak jumpa data sama sekali. Sementara tim lainya harus ke rumah sakit mengurusi orang terlantar pula.
Tidak ada orang yang mau menampung, kata Mahyuddin, sebab wanita tersebut keterbelakangan mental. Pada akhirnya, ada panti asuhan di Perawang yg mau nampung.
"Ke Perawang dengan uang pribadi tanpa ada SPPD, semata karena tanggung jawab dan amanah harus dilaksanakan," pungkasnya.