Cerita Warga Riau Kuliah di Australia, Heran Tak Ada Budaya Nongkrong

Wan-Mohammad-Rajviero-Anza.jpg
(Raja)

Laporan : Hidayatul Fitri

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Wan Mohammad Rajviero Anza, akrab dipanggil Raja merupakan putra daerah asal Riau yang berhasil mendapatkan beasiswa S1  untuk kuliah di luar negeri tepatnya di Bond University, Australia dengan jurusan manajemen bisnis.

Ia sempat ditolak di beberapa universitas negeri ternama Indonesia untuk melanjutkan kuliah S1.

Orangtua Raja sangat memperhatikan pendidikan anaknya.

“Daripada swasta di Indonesia kenapa tidak coba universitas di luar negeri saja,” kata ayah Raja pada saat itu.

Raja menerima tantangan ayahnya untuk mencoba mendaftar di luar negeri dan ternyata lulus.

Mahalnya biaya kuliah di luar negeri membuat Raja harus berusaha memperoleh beasiswa.

Saat SMA Raja aktif menjadi Ketua OSIS, mengikuti Olimpiade Astronomi tingkat Provinsi Riau, menjadi finalis pertukaran pelajar AFS (American Field Services) dengan nilai IELTS 8.0 dan berbagai sertifikat penghargaan lainnya.

Ia mengajukan beasiswa ke sebuah instansi dengan mengirimkan rangkuman prestasi yang diperoleh saat masih SMA.


Selain itu, ia melakukan proses wawancara dan setelah itu diterima dengan ketentuan ia harus bekerja di perusahaan yang bersangkutan selama 3,5 tahun.

Raja menjadi satu-satunya mahasiswa asal Indonesia di kampusnya. Awal kuliah di Australia ia hanya ditemani orangtua selama seminggu pertama. Selebihnya ia harus bertahan hidup sendiri di negara orang.

Raja kesulitan beradaptasi dengan lingkungan. Empat bulan pertama ia tidak memiliki teman.

Ia sangat merasa terkejut dengan perbedaan budaya antara Australia dan Indonesia.

“Kalau di Indonesia orangnya relatif suka bercengkrama, kalau disana yang aku rasain seperti lebih individualisme,” katanya.

Hidup di negara orang yang berbeda budaya sempat membuat Raja merasakan rasisme.

Untuk mengatasi hal tersebut Raja memilih mengevaluasi diri hingga ia bisa menikmati hidup di Australia.

Sistem pendidikan di Australia terasa lebih dituntut mandiri.

“Satu minggu aku cuma kuliah 16 jam, selebihnya aku harus usaha sendiri ke perpustakan atau menemui dosen untuk konsultasi dan belajar. Beruntungnya dosen di sana selalu tersedia jika ada mahasiswa yang ingin bertemu,” jelasnya.

Raja mengaku selama berada di Australia yang paling dirindukan adalah makanan khas Indonesia.

“Makanan Indonesia gak ada tandingannya,” tegasnya.

Memiliki hobi masak tidak menyulitkan Raja ketika rindu dengan makanan Indonesia bahkan ia kerap mengundang teman-teman dari berbagai negara di akhir pekan untuk makan masakan Indonesia karyanya.

”Biasanya aku masakin nasi goreng, bihun, gado-gado,” katanya.

Teman-teman Raja mengaku terkesan dengan masakan Indonesia yang kaya rasa sebab makanan di Australia cenderung lebih hambar.

Memiliki hobi memasak dan kuliah jurusan manajemen bisnis membuat ia memiliki cita-cita usaha kuliner atau restoran di masa yang akan datang.