Relawan RPAI Terbiasa Dapat Sumpah Serapah: Yang Penting Ambulans Cepai Sampai

Relawan-Patroli-dan-Pengawalan-Ambulance-Indonesia.jpg
(Riau Online)

Laporan : Hidayatul Fitri

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Relawan Patroli dan Pengawalan Ambulance Indonesia (RPAI) merupakan suatu komunitas kemanusiaan dibentuk pada tahun 2017. Saat ini RPAI sudah ada di 31 Provinsi di Indonesia dengan pengurus pusat bertempat di Pekanbaru, Riau.

 

RPAI  sudah terhubung dengan para driver (pengemudi) ambulance sehingga memudahkan dalam aksi pengawalan.

 

“Driver ambulance biasanya selalu menghubungi kami secara langsung ketika butuh pengawalan,” ujar, Sekjen RPAI di acara RIAU ONLINE PODCAST, Sabtu, 26 September 2020.

 

RPAI Pekanbaru memiliki titik standby di MTQ Pekanbaru, BPJS Jalan Nangka dan Simpang Sepakat.

 

Sebelum melakukan pengawalan anggota RPAI yang bertugas akan melaksanakan pengarahan agar tidak ada salah paham dari segi komunikasi. Mekanisme pengawalan terstruktur yaitu dengan membagi titik pengawalan agar lebih efisien. Ini dilakukan juga agar RPAI tidak melanggar aturan rambu lalu lintas.

 

“Saat kena lampu merah yang boleh meneroboskan hanya ambulance sehingga kami harus membagi titik pengawalan untuk estafet pengawalan atau juga bisa menutup jalur sementara,” jelasnya.

 

Namun, terdapat mekanisme pengawalan kondisional yang tidak terstruktur.

 


“Jika ada ambulance yang tidak menghubungi terlebih dahulu maka RPAI akan inisiatif mengejar ambulance untuk menanyakan tujuan dan langsung melakukan pengawalan,” ujarnya.

 

Pengawalan memiliki formasi sesuai standar operasional yang ditetapkan RPAI. Jarak ideal antara motor dengan mobil ambulance sekitar 10 meter. Kecepatan kendaraan dalam pengawalan tergantung kondisi pasien.

 

RPAI sering menjumpai pengendara mobil yang tidak dengan sirine ambulance akibat suara musik di dalam mobil atau banyak pengguna jalan yang berkendara menggunakan alat penutup telinga untuk mendengarkan musik.

 

Saat pengawalan berlangsung tidak jarang RPAI mendapatkan sumpah serapah dari pengendara pengguna jalan yang tidak peka akan pentingnya memprioritaskan ambulance.

 

“Tapi kami tetap menjaga sikap dengan tidak meladeni orang yang keras kepala karena prioritas kami adalah agar ambulance cepat sampai rumah sakit,” kata Wirianto.

 

Atribut RPAI tidak ada sponsor dari pihak manapun. Semua perlengkapan yang digunakan merupakan dana pribadi anggota.

 

“Ketika menjadi relawan maka kita siap untuk punya pemikiran dari kita untuk semua,” jelasnya.

 

Atribut yang dikenakan RPAI yang utama adalah jaket RPAI yang sudah memenuhi standar seperti yang digunakan aparatur negara.

Selain itu, juga wajib mengenakan sepatu yang menutupi mata kaki, helm dan dianjurkan menggunakan pelindung lutut.

 

RPAI juga kerap menggunakan sirine, lampu tembak dan klakson khusus untuk memberikan arahan menepi ke para pengguna jalan.

 

Selain itu, RPAI juga sering turun langsung jika ada permasalahan lalu lintas seperti kecelakaan tanpa pamrih.

 

RPAI tidak menerima bayaran atas tugas kemanusiaan yang mereka lakukan. Bagi anggota yang kedapatan meminta bayaran maka akan diberikan sanksi berupa pemecatan secara tidak hormat.

 

“Ada kepuasan tersendiri bagi kami ketika berhasil membantu ambulance sampai ke rumah sakit,” katanya.

 

RPAI Pekanbaru sudah bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam bentuk Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian. BPJS ini pun juga dibayar dengan uang pribadi anggota.

Ke depannya RPAI akan terus konsisten melakukan pengawalan dan lebih bermanfaat untuk masyarakat. Pasalnya, selain mengawal ambulance RPAI juga kerap melakukan kegiatan bakti sosial seperti penggalangan dana pasien kurang mampu di rumah sakit.