Pandemi Covid-19, Pengamat: Paslon Harus Intens Sosialisasi Dengan Komunikasi Virtual

aidil-haris.jpg
(daririau.com)

Laporan:Sigit Eka Yunanda

RIAUONLINE, PEKANBARU - Meski masih dalam kondisi pandemi Covid-19, tahapan Pilkada serentak di sembilan kabupaten dan kota di Riau terus berproses. Komisi Pemilihan Umum (KPU) tetap membolehkan setiap pasangan calon menggelar kampanye terbuka dengan panggung musik atau konser meski harus memperhatikan protokol kesehatan.

Keputusan KPU tersebut justru menuai polemik di tengah masyarakat, ada berpendapat tidak ada jaminan bagi setiap pasangan calon mampu membatasi massa bila kampenye dengan panggung musik tetap digelar.

Pengamat komunikasi politik, Aidil Haris mengatakan, perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian menyikapi kondisi pandemi Covid-19. Pertemuan fisik dan pengumpulan massa harus diminimalisir agar tidak terjadi tambahan klaster baru Covid-19.



Menurutnya, model komunitas massa langsung ini dapat disesuaikan dengan penggunaan metode komunikasi virtual ataupun media komunikasi luar ruang.

"Pasangan calon tentu harus tetap intens melakukan sosialisasi utamanya menggunakan media sosial ataupun media virtual berupa dialog interaktif, untuk wilayah yang minim akses internet dapat dilakukan menggunakan media luar ruangan semisal poster," katanya.

Meski demikian, ia tidak menutup mata akan kesulitan akan dihadapi oleh KPU sebagai penyelenggara maupun peserta Pilkada, ia menyebutkan pertemuan langsung masih mungkin dilakukan namun dalam skala kecil.

"Sebetulnya rentan dan riskan, namun sosialisasi door to door bisa dilakukan dan jumlahnya harus diperhatikan serta menerapkan protokol kesehatan. Hal yang harus dimaksimalkan justru di media online, media sosial, maupun luar ruang tadi. Kontak langsung harus kita minimalisir," jelasnya.

Kendati masyarakat Indonesia akrab dengan budaya konser ataupun hiburan rakyat sebagai bagian hajat lima tahunan ini, ia menilai efektivitas pengumpulan massa ini juga tidak signifikan dalam membentuk kecenderungan pemilih.

"Berbicara efektivitas komunikasi massa ini sebetulnya normatif dan kontekstual, tentu berpengaruh namun belum tentu menjamin popularitas dan elektabilitas calon bakal naik," tutup akademisi Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) ini.