Di Kebun Kelengkeng Ini, Pengunjung Bisa Makan Gratis Sepuasnya

kelengkeng.jpg
(muthi)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Potensi budidaya buah kelengkeng cukup besar dikembangkan di wilayah Kampar, Riau. Buah selain pola penamanaman dan perawatan tidak begitu sulit, harga buah tergolong eksotik ini juga cukup tinggi, mampu menunjang perekonomian petani di Pekanbaru.

“Eksotik di sini maksudnya, di hotel masih elit, untuk orang kampung juga masih terjangkau harganya. Dimakan di mana saja pun bisa,” terang Sumarjo, pemilik usaha perkebunan Matanaga Farm.

Sejak tahun 2010, Sumarjo sudah mulai membudidaya kelelengkeng di kebunnya, di Desa Pematang Kulim, Kelurahan Birandang, Kampar, Riau.

Sumarjo yang mengembangkan kebun kelengkeng bersama istrinya Ifa mengaku potensi budidaya kelengkeng secara ekonomi cukup besar di pasaran. Terlebih perawatan tanaman buah kelengkeng tidak begitu sulit.

Hingga kini, Sumarjo dan Ifa tidak memasarkan buah kelengkeng hasil kebunnya ke pasaran, melainkan hanya dijual di kebun sendiri, mengingat banyaknya warga berdatangan ke kebunnya.

Bila musim tiba, kelengkeng langsung habis dibeli pengunjung tanpa repot menjual ke pasaran.

Untuk satu pohon kelengkeng bisa menghasilkan seratus kilogram buah kelengkeng siap panen.


“Biasanya langsung habis, malah kurang. Kalau yang datang ke sini boleh makan gratis sepuasnya, asal bijinya dikumpulin. Kalau bawa pulang Rp 25 ribu sekilo,” terang Ifa.

Ifa juga mengatakan, sudah ada beberapa pihak yang menawarkan kerja sama untuk peletakan lengkeng mereka di toko-toko, tapi Ifa dan suaminya belum menerima tawaran tersebut.

“Untuk sekarang belum,” tutupnya.

Namun tantangan dalam berkebun kelengkeng yakni harga pupuk yang terbilang mahal. Di mana untuk satu batang pohon kelengkeng butuh sepuluh botol pupuk, sedangkan satu botol pupuk dibanderol dengan harga Rp75 ribu.

Tapi Sumarjo memiliki cara khusus mensiasati harga pupuk yang mahal.

Solusinya, Sumarjo dan Ifa membuat sendiri formula pupuk untuk di kebun sendiri. Bahkan saat ini pupuk olahan Sumarjo juga diperjualbelikan kepada masyarakat umum dengan harga terjangkau.

Untuk satu kilogram pupuk dibanderol Rp150 ribu. Adapula paket hemat, seperempat kilogram Rp50 ribu dan satu ons pupuk Rp50 ribu.

"Jauh lebih murah ketimbang yang botolan,” ujarnya.

Selain pupuk, tantangan lainnya yang harus dihadapi adalah gangguan hewan seperti musang, monyet, dan kelelawar.

"Untuk monyet, disiasati dengan menakut-nakuti monyet-monyet tersebut menggunakan senapan, kalau kelelawar di jaring, musang dikasih seng agar tidak masuk,” tukasnya.