Mekanik Sepeda Motor Asal Desa Langkan Pelalawan Berhasil Terbangkan Pesawat Rakitan

pesawat-rakitan.jpg
(istimewa)

Laporan: RISKI APDALLI

RIAUONLINE, PELALAWAN - Berawal dari hobi menyukai pesawat capung, Edi Sr (45) warga Desa Langkan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, berhasil menerbangkan pesawat capung rakitannya sendiri.

Kegigihan bapak tiga orang anak ini patut di acungi jempol, pasalnya dengan kesibukan sebagai seoarang makaniik sepeda motor yang dilakoninya saat ini. Ia masih sempat meluangkan waktu untuk merakit dan menciptakan sesuatu benda yang mustahil bagi orang awam yang melihatnya.

Namun, berbeda dari pandangan bapak yang hanya menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SPM) ini. Berkat kesungguhannya Ia mecoba merakit pesawat capung hingga berhasil terbang dengan alat-alat dan onderdil bekas yang digunakan seadanya.

Kepada RiauOnline.co.id, bang Edi saapaan akrab pria ini, menceritakan awalnya bagaimana ia bisa terfikir untuk mencoba membuat pesawat capung yang saat ini diberi nama SR Exsperimen tersebut.

"Berawal dari hobi, saya suka dengan pesawat-pesawat kecil, di tambah 4 tahun lalu saya punya pengalaman di salah satu perusahaan di Duri. Waktu itu saya melihat orang menggunakan pesawat capung untuk menyirami sawit. Dan saya sempat ikut menaikinya," ingat Edi.

 

Dilanjutkannya, dari situ ia mulai mencoba awal parakitan pesawat capung tersebut hingga Ia berhasil menerbangkannya pada hari Senin, 16 Maret siang lalu, sekitar pukul 14.30 Wib.



Berawal dengan modal mesin speedboot bekas yang modifikasi mulai dari mesin hingga kedudukannya sampai ke besi bekas yang dirancang hingga menjadi sebuah bentuk pesawat capung, Edi belajar secara otodidak mengunakan situs youtube melalui sebuah telepon genggam.

"Peralatan saya gunakan mesin speedboot bekas merk Yamaha Enduro 40 PK seharga Rp 16 juta saya beli, lalu saya modifikasi dan ubah kedudukannya. Kalau baru harganya Rp 45 juta, makanya kita coba bekas dan peralatan lain saya lengkapi dengan barang seadanya Mas. Untuk pembuatan rangka dan lainnya saya pelajari di Youtube," beber Bang Edi.

Kalau dirincikannya, dari awal perakitan hingga selesai pengerjaannya selama 4 tahun dengan kesempatan waktu luang setelah tidak ada kerjaan memperbaiki motor pelanggan, ia merakit pesawat capung itu, lebih kurang memakan biaya sebesar 35-40 jutaan.

"Kalau dirincikan dari awal sekitaran 35-40 jutaan lah mas, itu juga lantaran keterbatasan dana dan waktu saat kita mengerkakan sepeda motor pelanggan mas," ungkapnya.

Edi juga mengakui, selama 11 Tahun berada di Desa Langkan, Kecamatan Langgam itu, ia sering terdampak banjir setiap tahunnya dan itu salah satu motivasi dan faktor kuat ia ingin menciptakan pesawat rakitan.

Bertujuan agar bisa membantu sebagai alat transportasi yang mudah, apabila jalan ditutup akibat banjir tersebut.

"Karena sejak saya tinggal di sini sering terjadi banjir, kadang harus pindah jalur dan kadang jalannya ditutup ketika mau pulang ke rumah. Ini juga yang memotivasi saya, agar bisa membantu kalau apabila banjir terjadi," terangnya.

Beralih pada keberhasilan bang Edi menerbangkan pesawat ciptaannya beberapa waktu lalu. Pada saat uji coba penerbangan, bapak tiga anak ini ternyata tidak berhasil begitu saja, namun banyak ujian kesabaran yang dilaluinya. Bahkan sudah sampai 15 kali uji coba dijalankan sampai ke penerbangan.

Sebelumnya, ia sempat gagal saat melakukan uji coba penerbangan atau take off pesawat SR Experiment miliknya itu, di sekitar perkampungan daerah Desa Langkan, Kecamatan Langgam dikarenakan keterbatasan landasan pacu.

"Percobaan penerbangan yang pertama gagal, pada saat yang ke kedua sudah bisa terbang, tapi karena landasan pacunya perlu memakan jarak 200 meter, makanya kita rubah lagi modifikasinya," terang bang Edy.

Kemudian uji coba selanjutnya, tambahnya, ia menerbangkan di areal jalan Koridor PT RAPP KM 20, saat itu ia berhasil menerbangkan hanya dengan jarak landasan pacu sepanjang 50 meter.

"Uji coba terakhir kemarin, Senin siang sekitar pukul 14.30 Wib. Saat itu jalanan sepi. Sudah bisa terbang pesawatnya dengan jarak landasan pacu 50 meter, tapi lantaran stelan gas bermasalah, jatuh," ujar bang Edi sambil ketawa ringan.

Kandati demikian, ia tak ingin berputus asa, kedepan ia bahkan ingin memodifikasi lebih baik lagi, sampai pasawat capung ciptaannya itu bisa terbang dengan sempurna.

"Sekarang saya udah mulai merakit yang dengan memodifikasi rancangan terbaru, agar nanti bisa lebih sempurna," ungkapnya.

Saat ditanyakan, perhatian pemerintah terhadap keinginannya menciptakan pesawat capung ini, ia juga tidak menampik akan adanya harapan dari hobinya itu bisa tersalurkan secara sempurna.

"Sejauh ini, dari pemerintah Desa memang sudah tahu kagiatan saya selama ini, dan mereka tidak ada melarang. Kalau harapan saya sebetulnya butuh juga, karena sekarang kita hanya bisa menggunakan alat yang seadanya dan semampunya saja," harap bang Edi mengakhiri.***