RIAU ONLINE, PEKANBARU - Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Riau Minggu malam, 9 Maret 2020, ricuh dipicu oleh ulah seorang peserta Musda menyampaikan interupsi kemudian ditanggapi emosional oleh peserta lainnya.
Akibatnya, kedua peserta ini saling dorong-mendorong hingga dilerai oleh sejumlah kader yang berada dekat keduanya. Kericuhan ini mewarnai terpilihnya Gubernur Riau, Syamsuar, sebagai Ketua DPD I Golkar Riau, usai mengundurkan diri sebagai anggota Partai Amanat Nasional (PAN), 13 Febrauri 2020 silam.
Tak ayal, kericuhan tersebut membuat sejumlah kader terutama perempuan mencoba menjauhi lokasi kericuhan ini.
Melihat dua kader Golkar tersebut mulai emosional, Ketua DPD II Golkar Bengkalis, Indra Gunawan Eet mencoba mengambil alih pelantang suara guna meminta keduanya serta peserta lainnya tenang.
Ketua Steering Committe (SC) Musda Golkar Riau, Masnur, menjelaskan hal tersebut biasa terjadi dalam Musda Golkar. Namun, ia membantah bila itu disebut dengan kericuhan.
Diceritakan Masnur, kedua pihak berseteru adalah perwakilan Ormas berafiliasi dengan Golkar. Keduanya berbeda pendapat seputar penyusunan formatur kepengurusan Golkar di bawah kepemimpinan Syamsuar.
"Tadi kita menentukan formatur ormas, jadi ada 9 ormas hadir di sini. Mereka harus berembuk menentukan satu perwakilannya jadi formatur," kata Masnur.
Adapun ke-9 ormas tersebut terdiri dari Ormas mendirikan, ormas didirikan dan organisasi sayap. Mantan Ketua DPRD Kampar ini menjelaskan, sesuai aturan formatur dipilih lima orang.
Satu orang mewakili DPP, dua perwakilan DPD II, satu formatur terpilih dan satu perwakilan Ormas.
"Nah, saat itulah terjadi perbedaan pendapat. Sampai akhirnya kami suruh seluruh perwakilan Ormas berembuk, terpilih lah Nazaruddin dari ormas MKGR," tandasnya.