Maju di Musda Golkar Riau, Syamsuar Berpotensi Jadi Musuh Politik Bersama

Gubernur-Riau-Syamsuar.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/DISKOMINFOTIK)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengamat politik Universitas Riau, Tito Handoko, menilai posisi Gubernur Riau Syamsuar saat ini sangat dilematis karena menang ataupun kalah di Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Riau akan merugikan posisinya.

 

Dikatakan Tito, jika Syamsuar menang dan berhasil menjadi ketua DPD I Golkar Riau, ia akan kesulitan melakukan konsolidasi partai mengingat ia pernah mengkhianati partai.

 

Pasalnya, di dalam tubuh Golkar Riau sekarang banyak tokoh politik yang sudah berdarah-darah membesarkan Golkar, termasuk upaya memenangkan Arsyadjuliandi Rachman di Pilgubri 2018 lalu.

 

Namun,  Syamsuar yang sangat jelas menjadi lawan di Pilgubri 2018 dengan koalisi PAN, PKS dan Nasdem diberikan posisi ketua Golkar Riau.

 

"Katakanlah Syamsuar bisa menang, konsolidasi di dalam akan sulit karena banyak barisan sakit hati dalam tubuh Golkar itu sendiri," ujar Tito, Sabtu, 29 Februari 2020.

 

Tak hanya dalam tubuh Golkar, barisan sakit hati juga akan lahir dari partai-partai yang mengusung dia di Pilgubri 2018 lalu, yakni PAN, PKS dan Nasdem.

 


Sebab, tiga partai tersebut sampai sekarang tidak mendapatkan keuntungan apapun dari posisi Syamsuar sebagai Gubernur Riau.

 

Jika dalam kondisi menang saja Syamsuar sudah dilematis, apalagi jika Syamsuar kalah di Musda. Semua partai berkemungkinan akan memblacklist Syamsuar.

 

Dicontohkan Tito, perolehan suara Pemilu Legislatif 2019 lalu, suara partai PAN yang notabene merupakan partai tempat Syamsuar bernaung harus kehilangan kursi Wakil Ketua DPRD Riau.

 

"Kursi PAN itu tetap 7 kursi, tidak naik, harusnya PAN diuntungkan dengan posisi Syamsuar sebagai Gubernur. Syamsuar pun tidak pernah mengkampanyekan PAN di Pileg 2019 lalu," tambahnya.

 

Kemudian partai Nasdem, partai Nasdem sendiri mengalami penurunan jumlah kursi dari tiga kursi menjadi dua kursi. 

 

Artinya, Syamsuar sampai hari ini belum membalas jasa partai-partai yang sudah bertungkus lumus memenangkan dia di Pilgubri 2018 baik secara materil maupun immaterial.

 

Disinggung mengenai suara PKS yang melonjak drastis, menurut Tito, tidak ada hubungannya dengan Syamsuar, sebab PKS meraih suara tinggi dikarenakan usaha mereka sendiri.

 

"PKS memiliki strategi sendiri dalam menghadapi Pileg 2019, makanya suara mereka mengalami kenaikan. Tidak ada jasa Syamsuar disana," tuturnya.

 

Apalagi, Syamsuar dalam Pemilu 2019 juga tidak bisa berbuat banyak karena ia berada dalam barisan pendukung Jokowi - Maruf Amin, sementara PAN dan PKS berada di koalisi Prabowo - Sandi.

 

Sikap Syamsuar hari ini, menurut Tito, tidak terlepas dari para pembisik-pembisik yang ada di dalam lingkaran Syamsuar. 

 

"Syamsuar harus hati-hati dengan people behind the stage, pembisik-pembisiknya ini harus dievaluasi. Politik itu sarat dengan kepentingan individu dan kelompok. Pasti ada faktor ekonomi disana, harusnya bukan itu yang dibisikkan orang sekitarnya, salah-salah Syamsuar bisa jadi musuh bersama," tuturnya.