(UNRI)
Jumat, 6 Desember 2019 15:29 WIB
Editor: Joseph Ginting
(UNRI)
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Universitas Riau bekersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menggelar talkshow lingkungan. Mengusung tema, "Karlahut Riau : Siapakah Dalangnya?". Talkshow dihadiri BEM UNRI, Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, Sailal Arimi , Fandi Rahman Forest Protection and Conservation Manager salah satu korporasi, Rektor Universitas Riau Prof. Dr. Ir. H. Aras Mulyadi, DEA dan Presiden Mahasiswa Syafrul Ardi.
Kebakaran hutan dan lahan memang bukan berita asing lagi, namun memang sudah menjadi musim tahunan bagi masyarakat Riau. Hal ini juga senada disampaikan oleh Kapolda Riau. Ia juga memperlihatkan titik hotspot kebakaran yang mencapai 2000 lebih selama setahun.
"Kita sudah bicara tentang kebakaran dan kita tidak lagi berbicara ketika api sudah menyala, baru bicara tentang kebakaran. Itu kebodohan menurut saya. Saya tidak mau berputar pada kebodohan. Saya ingin objektif melihat permasalahan. Bahwasanya, tahun 2020 harus kita tangani. Tidak ada titik api yang tidak bisa ditangani. Hal yang perlu dipersiapkan, yaitu esensi dari penanganan kebakaran." jelas Kapolda dalam materinya.
Ia juga memperlihatkan data-data terkait kasus penegakan hukum, bahkan sudah mencapai 271 kasus yang telah diterima oleh Kejaksaan Tinggi Pekanbaru.
Kemudian, Forest Protection and Conservation menjelaskan bahwa mereka melakukan strategi cara untuk tidak terjadi kebakaran. Ia menyebutkan bahwa harus 'think out of box'. "Think out of box. Artinya, berpikiran di luar kotak. Kami mencoba untuk tidak terjadi kebakaran. Kita akan berikan reward apabila lahan yang tidak terbakar," ujarnya.
Baca Juga
"Ada juga desa yang tidak terbakar. Di sana kami beri peluang. Tahun 2015, kami membentuk Desa Bebas Api. Kami juga membuatkan departemen khusus dalam melakukan pencegahan kebakaran. Nah, caranya dengan memberikan reward tadi. Lalu, rekrut 1 orang masyarakat desa untuk memberikan info, agar mencegah kebakaran pada masyarakat." tambahnya.
Sedangkan untuk solusi masyarakat yang ingin membuka lahan, korporasi memberikan bantuan penyediaan. Kegiatan ini dijelaskan korporasi sudah berkolaborasi dengan dinas kehutanan. "Harapannya, bagaimana 2030 tidak ada lagi pelaku pembakaran (?)"
Hal lain juga diungkapkan oleh Rektor UNRI bahwasanya kebakaran hutan dan lahan Riau menjadi dominan, karena adanya beberapa kompenen yang mempengaruhi, seperti 97 % lahan Riau meru tanah gambut. Lalu, tahun 1997 dan 1998 pembukaan lahan sudah mulai aktif dilakukan. Oleh karenanya, UNRI saat ini sudah memasukkan kurikulum tentang lingkungan dan konservasi bagi setiap yang punya. Setelahnya, Walhi Riau lebih menjelaskan hakekat media di tangan pemuda hari ini. Memberikan motivasi untuk terlibat aktof terhadap lingkungan.
Terakhir, Syafrul menjelaskan bahwa permasalahan karhutla ini merupakan hasil dari gabungan permasalahaan sebelumnya. "Mulai dari 2015, kita mulai aktif berkomunikasi dengan komunitas ataupun lembaga yang bergerak tentang lingkungan. Awal 2015, korporasi sudah dilaporkan bahkan sudah di SP3, namun ternyata kami memandang dan hasil banyak kajian yang kami lakukan, yakni kurangnya penegakan hukum. Kalau tegas dan adil, sebenarnya masalah kebakaran akan berkurang. Justru, faktanya tahun 2015-2019 meningkat. "jelas Syafrul.
BEM UNRI juga berkomunikasi dengan teman-teman seperti, Kalimantan, Jambi, Palembang, Kalimantan. Tidak hanya itu, BEM UNRI juga meminta bantuan kepada BEM Seluruh Indonesia agar permasalahan karhutla ini harus sampai dan dipandang oleh pemerintah pusat.
Kemudian, kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab.